Senin, 19 November 2018

PEMANFAATAN LIMBAH BUDIDAYA IKAN LELE


A. Limbah Air Kolam Lele

Limbah air kolam lele, terutama budidaya lele sistem bioflok dapat dimanfaatkan untuk budidaya pakan alami dan pupuk tanaman.

1. Untuk Budidaya Pakan Alami

Intensifikasi budidaya ikan lele membawa implikasi penggunaan pakan buatan kaya protein yang semakin banyak untuk mendukung pertumbuhan ikan yang semakin besar. Limbah yang dihasilkan oleh sistem budidaya tersebut juga akan semakin tinggi. Proses konversi senyawaan nitrogen yang berlangsung lebih cepat adalah proses heterotrofik, bakteri heterotroph dapat mengubah senyawaan amoniak menjadi biomassa bakteri sebagai sumber protein dengan penambahan karbon organik.pemanfaatan limbah lele dengan sistem intensif melalui teknologi bioflok dapat dilakuakan dengan budidaya cacing sutra. Cacing sutra merupakan salah satu jenis pakan alami ikan budidaya yang potensial untuk dikembangkan karena memiliki kandungan nutrien yang cukup tinggi (52-57 % protein). Saat ini pemenuhan kebutuhan cacing sutra hanya mengandalkan dari hasil tangkapan alam, dimana hasil tangkapan ini belum mencukupi kebutuhan dari permintaan. Hasil tangkapan alam tidak memiliki jaminan kualitas, karena cacing sutra dapat menjadi pembawa agen penyakit yang dapat menyebabkan kematian pada benih ikan. 

2. Untuk Pupuk Tanaman

Limbah air bekas air kolam ikan lele bisa dimanfaatkan sebagai pupuk atau penyubur tanaman. Mengapa limbah air bekas kolam ikan bisa bermanfaat untuk semua jenis tanaman. Khusnya untuk tanaman sayur di dalam limbah air kolam ikan lele mengandung Nitrogen, Pospor yang paling banyak. Unsur-unsur hara ini dibutuhkan oleh tanaman. Limbah air kolam lele itu menjadi pupuk atau nutrisi yang baik bagi tanaman.


B. Limbah Pengolahan Lele

Limbah pengolahan ikan lele seperti kepala, tulang dan jeroan  dalam jumlah besar yang tidak dikelola dengan baik akan berdampak terhadap lingkungan seperti menimbulkan bau yang tidak sedap. Untuk meminimalisir terjadinya polusi, limbah tersebut dapat diolah kembali menjadi bahan pakan alternative, diolah menjadi bahan probiotik dan bahkan tulang dan kepala lele dapat dijadikan produk makanan.

1. Sebagai Pakan Alternative

Limbah olahan ikan lele berupa isi perut dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak seperti itik atau dapat jadikan pakan kembali untuk ikan lele.

2. Sebagai bahan probiotik

Limbah lele berupa kepala dan jeroan dapat dijadikan bahan baku pembuatan probiotik, karena pada limbah tersebut terdapat bakteri Lactobacillus. Probiotik yang sudah diolah dapat dijadikan campuran pakan ikan.

3. Produk Makanan

Olahan lele yang ada biasanya masih meninggalkan limbah berupa kepala dan tulang ikan lele. Ketika dibuang atau dibiarkan begitu saja, maka limbah ikan juga dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, misalnya menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain itu dengan langsung membuang bagian-bagian ikan tersebut, maka telah terjadi pembuangan sejumlah nutrisi penting dari limbah. Misalnya tulang ikan yang dapat menjadi sumber beberapa mineral, terutama kalsium. Selain itu, biasanya pada kepala dan tulang ikan masih terdapat sisa-sisa daging yang menempel, yang jika dikumpulkan dalam jumlah banyak, dapat digunakan sebagai bahan baku untuk membuat berbagai produk makanan olahan. Meskipun produk makanan olahan dan produk perikanan lainnya juga dapat dibuat dengan bahan baku target utama ikan, tetapi dengan memanfaatkan limbah hasil pengolahan perikanan berarti turut membantu mengurangi limbah dan meningkatkan pemanfaatan ikan yang memiliki nutrisi yang tinggi. Agar kepala, dan tulang ikan lele tidak menjadi limbah yang dapat mencemari lingkungan maka perlu dilakukan upaya pengolahan limbah tersebut menjadi produk yang bernilai ekonomis di antaranya adalah dengan membuat brownies, nugget, dan kerupuk. 

Sumber :
  • http://sumsel.tribunnews.com/2018/04/27/limbah-air-bekas-kolam-ikan-lele-bisa-dimanfaatkan-sebagai-pupuk-tanaman?page=2
  • http://djpb.kkp.go.id/index.php/mobile/arsip/c/579/Pemanfaatan-Limbah-Olahan-Lele/?category_id=18

Jumat, 16 November 2018

MEMBUAT PAKAN ORGANIK



PENDAHULUAN

Berbicara mengenai cara membuat pakan ikan sendiri, biasanya orang sering membuat pakan ikan fermentasi karena dengan cara fermentasi merupakan salah satu pakan alternatif ikan yang sangat praktis dan mampu memberikan manfaat yang bagus untuk hewan ternak maupun ikan.

Pakan fermentasi merupakan sebuah pakan ternak ikan yang terbuat dari limbah organik seperti ampas tahu , kotoran ternak , yang difermentasikan terlebih dahulu sebelum diberikan kepada ternak ikan.

Manfaat pakan fermentasi untuk ikan :

Hemat dalam pembiayaan dalam perawatanAir kolam cenderung tidak berbau busukMempercepat pertumbuhan dan perkembangan ikanTidak perlu mengganti air kolamLele organik memiliki rasa yang berbeda yakni lebih gurihBobot ikan menjadi lebih berat dan bernilai jual tinggiNilai gizi dari lebih tinggi dan kolesterolnya lebih rendahAir bekas budidaya ikan organik sangat baik untuk memupuk tanaman dan masih banyak lagi.

Saat ini banyak pembudidaya ikan mencoba memanfaatkan kotoran ternak (sapi, kambing, ayam atau puyuh) untuk dijadikan pelet. Namun, kotoran ternak sebagai pakan organik dalam prakteknya bukan berarti langsung diberikan pada ikan.

Kotoran tersebut akan diproses menjadi semacam pupuk organik yang akan merangsang tumbuhnya pakan alami yang berguna sebagai pakan sekaligus media berkembangnya mikroorganisme kompleks pada kolam.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dan diketahui untuk memanfaatkan kotoran ternak ini :

Kotoran ternak yang digunakan diusahakan sudah padat dan tidak berbauKotoran ternak yang digunakan berasal dari ternak yang diberi pakan hasil fermentasi. Maksud dari pakan hasil fermentasi adalah pakan jerami yang telah dikeringkan selama satu minggu atau dari kotoran kambing yang memakan pakan yang sudah difermentasi juga.

"Bakteri yang ada pada kotoran ternak sudah tidak berbahaya, karena sudah melalui proses fermentasi".

Kotoran ternak yang kelihatannya menjijikan ternyata bisa dimanfaatkan untuk budidaya ikan. Selain kotoran ternak, ada beberapa bahan lain yang diperlukan untuk membuat Pakan Ikan Organik. Berikut ini beberapa jenis bahan baku yang bisa digunakan untuk membuat Pakan Ikan Organik :

Kotoran Ternak

      Kotoran hewan yang dapat digunakan untuk pupuk setelah mengalami pengomposan yang matang, yaitu bila secara fisik (warna, rupa, tekstur, dan kadar air) tidak serupa dengan kondisi bahan aslinya, sedangkan secara kimia memiliki kandungan 60-70% bahan organik, 2% zat N, 1% P2O5, dan 1% K2O.

Jenis kotoran hewan yang dapat digunakan adalah kotoran sapi, kerbau, kelinci, ayam, puyuh dan kambing. Jenis kotoran lain yang dapat digunakan untuk pembuatan Pakan Ikan Organik adalah kotoran ayam. Kotoran ayam mengandung protein, karbohidrat, lemak dan senyawa organik lainnya.

"Kriteria kotoran ayam yang ideal adalah yang berasal dari ayam pedaging karena kotorannya lebih bersih dan cenderung lebih murni (tidak tercampur sekam) dan usahakan kotoran ayam dalam kondisi kering. Hindari menggunakan kotoran ayam kampung karena kotorannya cenderung rendah kadar N dan mengandung serat yang tinggi".

Semakin tinggi kandungan unsur hara nitrogen akan membuat bahan baku semakin cepat terurai. Ini dikarenakan jasad renik pengurai memerlukan unsur hara nitrogen untuk perkembangannya. Unsur hara nitrogen digunakan oleh mikroorganisme untuk sintesis protein dan pembentukan protoplasma.


Ampas Tahu

Ampas tahu dapat digunakan sebagai sumber protein, mengingat kandungan proteinnya dan lemak yang tinggi sekitar 8,66% protein, 3,79% lemak, 51,63% air dan 1,21% abu. maka sangat baik untuk dijadikan bahan baku pembuatan Pakan Lele Organik.

"Kelemahan ampas tahu cenderung memiliki kandungan protein yang lebih baik dari pada kotoran hewan, apabila proses fermentasi terlambat, maka hasilnya akan menjadi cepat bau sehingga dapat mengganggu lingkungan sekitar. Ampas tahu merupakan bahan yang tidak tahan lama. Karena itu, ketika mendapatkan ampas tahu segera lakukan pencampuran dengan probiotik, untuk dosis probiotik tergantung dari merk dan jenis probiotik yang digunakan".

Dedak / Katul

Dedak merupakan limbah pengolahan gabah dan tidak dikonsumsi manusia sehingga tidak bersaing dalam penggunaannya. Kandungan nutrisi dedak yaitu bahan kering 91,0%, protein kasar 13,5%, lemak kasar 0,6%, serat kasar 13,0%, dan kandungan serat kasar 13,6%.
Tepung Ikan

Tepung ikan adalah ikan atau bagian ikan yang dikeringkan dan digiling. Kegunaan utama tepung ikan adalah bahan utama campuran pakan ternak. Tepung ikan yang baik harus mempunyai sifat-sifat : butirannya seragam; bebas dari sisa tulang, mata ikan dan benda asing; berwarna halus bersih, seragam, dan bau khas ikan amis.
Probiotik (Pupuk Hayati Bioboost)

Probiotik adalah istilah yang digunakan pada mikro-organisme hidup yang dapat memberikan efek baik atau kesehatan pada organisme lainnya. Kami sarankan untuk menggunakan Pupuk Hayati Bioboost
Tetes Tebu / Molase

Molase merupakan bahan sisa dari proses pembuatan gula. Molase juga merupakan sumber energi tetapi kandungan proteinnya rendah. Molase mengandung 4,2% protein kasar, 7,7% serat kasar. Molase juga sering digunakan untuk proses fermentasi karena mengandung 1-20% gula yang dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan inokulum. Bisa digantikan dengan gula pasir.

Sumber:
http://mynewblogbioboost.blogspot.com/2017/09/membuat-pakan-ikan-organik-fermentasi.html
Achmad Madonk Tamrin, http://balebetenajuku.blogspot.com/2017/11/pakan-ikan-organik.html

Kamis, 15 November 2018

7 Jenis Pengolahan Hasil Perikanan

Pengolahan Perikanan

Pengolahan ikan adаlаh upaya уаng dilakukan terhadap sumberdaya ikan mеlаluі proses pengolahan secara tradisional maupun modern, baik secara fisika, kimia, mikrobiologis atau kombinasinya, dengan Tujuan untuk dijadikan produk akhir уаng dараt berupa ikan segar, ikan beku dan bentuk olahan lainnya, gunа mengawetkan dan memperbaiki penampakan/penampilan (appearance) sifat-sifat fisika, kimia dan nilai gizi serta nilai tambahnya (value added) untuk memenuhi konsumsi manusia. Pengolahan ikan dapat dilakukan dengan cara pengalengan, pembekuan, penggaraman, pengasapan, pelumatan daging, pemindangan, dll


1. Pengalengan:

Pengalengan merupakan ѕuаtu proses pengolahan ikan dеngаn mеlаluі proses ѕеbаgаі bеrіkut : Dеngаn atau tаnра pemotongan kepala, pencucian, pre-cooking, pengisian ikan kе dalam kaleng, pengisian media kе dalam kaleng, penutupan kaleng, sterilisasi/ pasteurisasi, pendinginan, masa pemeraman, pengepakan dan pengemasan.

Contoh:  Udang dalam kaleng, tuna dalam kaleng, sardin dalam kaleng, dll
2. Pembekuan:

Proses penanganan dan pengolahan Ikan yang dilakukan dеngаn cara: pencucian, preparasi, pembekuan hіnggа mencapai suhu -25º Celcius ѕаmраі dеngаn suhu pusat -18º Celcius, dengan/tanpa penggelasan, pengepakan dan pengemasan, serta penyimpanan beku.
Contoh: Udang beku, tuna beku,  dll

3. Penggaraman/Pengeringan: 

Adаlаh kegiatan уаng bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam daging ѕаmраі batas tertentu dimana perkembangan mikroorganisme dan enzim terhenti sehingga ikan dараt disimpan cukup lama dalam keadaan layak dimakan.

Contoh: Ikan asin kering, ikan asin 1/2 kering 
4. Pemindangan:


Cara pengawetan ikan menggunakan suhu tinggi mеlаluі perebusan, ber-tujuan mendapatkan citarasa tertentu dan mengurangi kandungan mikroba/spora уаng dараt mempengaruhi mutu dan daya simpan produk. Cara pengolahannya, pemindangan terdiri аtаѕ pemindangan air garam dan pemindangan garam.

Contoh: Pindang bandeng, pindang cuwe, dll

5. Pengasapan:

Proses pengawetan ikan dеngаn menggunakan media asap atau panas dеngаn tujuan untuk membunuh bakteri dan memberi citarasa уаng khas.
Contoh: Ikan asap, lele asap, patin asap, dll
6. Peragian/Fermentasi:

Proses pengawetan ikan mеlаluі perombakan secara enzymatis, proteolitik, bakteriologis dalam derajat keasaman tertentu sehingga menghasilkan produk dеngаn cita rasa khas. Tahap pengolahan produk berfermentasi:

• Perebusan I, pengepresan/pemerasan, penyaringan,

• Perebusan II, penambahan gula dan garam.

Contoh: Terasi, kecap ikan, petis, silase ikan


Pereduksian/Pengektrasian:
Proses pemisahan  cairan dеngаn padatan mеlаluі tahapan pengepresan dan pemusingan.

Contoh: Tepung ikan, chitin, citosan, agar-agar, karaginan, minyak ikan, dll
7. Pelumatan Daging:

Pencampuran daging ikan dеngаn garam sehingga menghasilkan pasta уаng lengket kеmudіаn ditambahkan bahan-bahan lainnya untuk menambah cita rasa untuk selanjutnya dibentuk dan dimasak.

Contoh:     

- baso ikan, sosis ikan, surimi, nugget

- produk olahan berbahan baku rumput laut

Selasa, 13 November 2018

Bubu Sebagai Alat Tangkap Ramah Lingkungan


A. Pengertian

Bubu merupakan alat tangkap ikan yang termasuk kedalam kelompok “Trap” atau ”Perangkap”. Berdasarkan kelompoknya bubu adalah alat tangkap yang bekerja secara pasif yaitu hanya ditempatkan pada suatu perairan, setelah dipasang/ditempatkan pada suatu perairan kita harus menunggu beberapa waktu sehingga ikan yang akan ditangkap masuk dan terperangkap di dalam bubu.


Gambar mungkin berisi: luar ruangan
Bubu di perairan rawa

B. Konstruksi dan Bahan

           Bahan dasar untuk membuat bubu belakangan ini bermacam – macam mulai dari bubu berbahan dasar rotan, kawat, besi, jaring, kayu, dan pelastik. Bahan dasar tersebut dianyam dan dirangkai sedemikian rupa sehingga memiliki bentuk tabung (mirip bola rugby), balok, ataupun bentuk yang lainnya dengan satu lubang, dua lubang, atau lebih, yang berfungsi sebagai tempat masuknya ikan, dan lubang pintu yang digunakan untuk mengambil ikan yang ada di dalamnya. Prinsip kerja dari bubu adalah dengan cara menjebak pengelihatan ikan sehingga ikan akan tertangkap di dalamnya. Selain dikenal dengan nama bubu alat ini juga biasa dipanggil dengan nama “Fishing Pots” atau “Fishing Basket” 

konstruksi bubu ikan

C.  Teknik Operasi (Sitting dan Hunting)
Berdasarkan teknik pengoprasiannya bubu terbagi menjadi tiga jenis, yaitu :
  1. Bubu Dasar (Ground Fish Pots)
    Alat tangkap ini dalam operasional penangkapannya bisa tunggal (umumnya bubu berukuran besar), bisa ganda (umumnya bubu berukuran kecil atau sedang) yang dalam pengoperasiannya dirangkai dengan tali panjang yang pada jarak tertentu diikatkan bubu tersebut. Bubu dipasang di daerah perairan karang atau diantara karang – karang atau bebatuan. Bubu dilengkapi dengan pelampung yang dihubungkan dengan tali panjang. Setelah bubu diletakkan di daerah operasi, bubu ditinggalkan, untuk kemudian diambil 2 – 3 hari setelah dipasang, kadang hingga beberapa hari.

  2. Bubu Apung (Floating Fish Pots)
    Bubu apung dilengkapi pelampung dari bambu atau rakit bambu, dilabuh melalui tali panjang dan dihubungkan dengan jangkar. Panjang tali disesuaikan dengan kedalaman air, umumnya 1,5 kali dari kedalaman air.

  3. Bubu Hanyut (Drifting Fish Pots)
    Pada waktu penangkapan, bubu hanyut diatur dalam kelompok-kelompok yang kemudian dirangkaikan dengan kelompok-kelompok berikutnya sehingga jumlahnya menjadi banyak, antara 20 – 30 buah, tergantung besar kecil perahu/kapal yang akan digunakan dalam penangkapan.
D. Cara Pengoprasian Penangkapan

Adapun cara pengoprasian bubu sebagai berikut :
  1. Pada sekeliling bubu diikatkan rumput laut.

  2. Bubu disusun dalam 3 kelompok yang saling berhubungan melalui tali penonda (drifting line).

  3. Penyusunan kelompok (contohnya ada 20 buah bubu) : 10 buah diikatkan pada ujung tali penonda terakhir, kelompok berikutnya terdiri dari 8 buah dan selanjutnya 4 buah lalu disambung dengan tali penonda yang langsung diikat dengan perahu penangkap dan diulur kira – kira antara 60 – 150 m.

  4. Waktu pengoprasian bubu adalah 3 hari 2 malam. Menurut para nelayan bubu, operasi penangkapan ikan dengan menggunakan bubu idealnya dilakukan selama 3 hari 2 malam atau maksimal 4 hari 3 malam. Apabila terlalu lama dioprasikan (lebih dari 4 hari), maka kelungkinan ikan yang tertangkap akan mengalami kematian atau luka – luka.
salah satu cara pemasangan bubu




E. Daerah Penangkapan

Daerah penangkapan yang dapat dilakukan berdasarkan jenis bubu, sebagai berikut :
  1. Bubu Dasar (Ground Fish Pots). Dalam operasi penangkapan, bubu dasar biasanya dilakukan di perairan karang atau diantara karang-karang atau bebatuan.

  2. Bubu Apung (Floating Fish Pots). Dalam operasi penangkapan, bubu apung dihubungkan dengan tali yang disesuaikan dengan kedalaman tali, yang biasanya dipasang pada kedalaman 1,5 kali dari kedalaman air.

  3. Bubu Hanyut (Drifting Fish Pots). Dalam operasi penangkapan, bubu hanyut ini sesuai dengan namanya yaitu dengan menghanyutkan ke dalam air.

F. Hasil Tangkap Bubu

Hasil tangkapan dari bubu tergantung dimana mengoperasikannya:
  1. Hasil tangkapan dengan bubu yang dioperasikan dilaut umumnya terdiri dari jenis-jenis ikan, udang kualitas baik, seperti Kwe (Caranx spp), Baronang (Siganus spp), Kerapu (Epinephelus spp), Kakap ( Lutjanus spp), kakatua (Scarus spp), Ekor kuning (Caeslo spp), Ikan Kaji (Diagramma spp), Lencam (Lethrinus spp), udang penaeld, udang barong, kepiting, rajungan, dll.

  2. Bubu yang dioperasikan disungai umumnya terdiri dari udang galah, ikan baung, dan ikan sungai lainya

  3. Bubu yang dioperasikan di rawa umumnya memperoleh ikan rawa seperti ikan gabus, lele, betok, sepat dan belut.

Sumber :

  • https://damnloveit.blogspot.com/2016/02/alat-tangkap-bubu.html
  • http://dayaksarang.blogspot.com/2015/05/macam-macam-peralatan-menangkap-ikan.html

Kamis, 08 November 2018

Budidaya Ikan Mas di Karamba Jaring Apung

A. Persiapan Budidaya

Sebelum melaksanakan penebaran benih ikan mas, yang pertama kali harus disiapkan adalah karamba jaring apung. karamba jaring apung terlebih dahulu disesuaikan ukuran mata jaringnya dengan ukuran benih ikan yang akan di masukan ke jaring. Meneliti kondisi  jaring dan keutuhan jaring. Bila ukuran benih ikan mas 1 kg = 80 – 100 ekor ( 5-8 cm ) maka mata jaring yang dipergunakan adalah 1 inci. Pastikan KJA berada pada posisi aman dan menguntungkan, dengan menempatkan posisi jaring apung ditempat yang aman.


Karamba Jaring Apung di Sungai
Gambar mungkin berisi: langit, pohon, perahu, awan, tanaman, luar ruangan, air dan alam
Karamba Jaring Apung di Waduk

B. Menebar Benih

Padat penebaran untuk KJA ukuran 7x7x3 m dibutuhkan benih ikan mas 125 kg ukuran 5-8 cm. Penebaran benih dilakukan pada malam hari. Pelepasan benih ikan dengan menggunakan metoda aklimatisasi yaitu dengan cara membiarkan kantong plastik benih membuka sedikit. Aklimatisasi dimaksudkan untuk mengadaptasikan benih kedalam tempat yang baru, karena ikan mempunyai keterbatasan kecepatan adaptasi maka benih dibantu agar lebih cepat hingga benih lepas semua.

C. Memberi Pakan

Dikarenakan kepadatan populasi ikan dalam net kolam tinggi maka sudah barang tentu ketersediaan pakan alami tidak memenuhi kebutuhan ikan tersebut. Oleh karena itu perlu diberi pakan tambahan yang berupa pellet dengan gizi tinggi yaitu dengan kandungan protein > 30 %.
Memberi makan ikan mas

D. Memanen Ikan Mas


Setelah benih ikan mas dipelihara selama 2,5 – 3 bulan, maka ukuran ikan menjadi 1 kg = 3-5 ekor. Berdasarkan permintaan pasar biasanya ikan mas ukuran ini yang banyak diminati oleh konsumen pada umumnya. Pemanenan dilaksanakan secara serentak, sebelum ikan dipanen ikan dalam net kolam dipuaskan terlebih dahulu selama satu hari, hal ini maksudnya agar nanti dalam pengangkutan ikan tidak banyak mengeluarkan kotoran.
Cara pemanenan ikan, alat yang digunakan adalah tambang atau bambu. Selipkan tambang atau bambu tersebut di bawah net kolam yang akan dipanen. Kemudian bambu atau tambang tersebut digerakkan mengarah ketepi. Akhirnya ikan akan terkumpul di tepi net. Setelah ikan berkumpul, maka ikan ditangkap secara hati-hati, usahakan ikan jangan sampai terluka, jika ikan terluka maka biasanya ikan tidak tahan diangkut dalam waktu yang relative lama. 

Sumber :
  • https://www.banyudadi.com/pembesaran-ikan-mas-di-kja-jaring-apung/
  • https://www.pertanianku.com/budi-daya-ikan-mas-di-kja/

Senin, 05 November 2018

KULTUR PAKAN ALAMI (KUTU AIR)


Kutu Air (Daphnia. Sp)

Kutu air jenis Daphnia sp. merupakan pakan alami ikan yang termasuk ke dalam kelompok udang – udangan renik yang memiliki ciri yaitu bentuk tubuhnya gepeng ke samping dan beruas-ruas seperti udang. Dinding tubuh bagian punggung membentuk lipatan yang menutupi bagian dan anggota tubuhnya pada kedua sisi tubuhnya sehingga tampang seperti cangkang. Pada bagian inilah membentuk sebuah kantong yang merupakan tempat penampungan dan perkembangbiakan telur Daphnia sp.


Syarat Tumbuh Kembang Biak Kutu Air
Di sekitar kita, kutu air (Daphina. Sp) ini biasanya sudah tersedia dan tinggal kita saja yang harus dapat memanfaatkannya. Baik pada air sawah, comberan, atau sungai. Terutama pada jenis perairan yang tumbuh subur bahan organik kutu air akan berkembang biak dengan cepat. Akan tetapi Anda juga dapat membudidayakan kutu air ini. 


Diperuntukkan Anda yang tidak terdapat comberan, sawah, atau perairan yang tidak ada bahan organiknya, tak usah heran dan sedih. Kali ini info ikan akan memberikan tips cara membuat kutu aor datang dengan mudah sebagai pakan alami burayak.

Tentunya harus budidaya kutu air atau kultur pakan alami ikan secara manual. Sebetulnya mendatangkan kutu air ini sudah banyak sekali yang memberikan tips mudah. Yaitu dengan menggunakan induk kutu air (Daphina Sp) atau konvensional hasil dari alam langsung. 

Langkah-Langkah Pengembang Biakan Kutu Air

Kultur pakan alami kutu air dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut:


  • Menyiapkan tempat kultur, tempat bisa berupa bak beton, fiber, kolam bekas kulkas, akuarium, baskom dan yang lainya

Cara Kultur Daphnia Sp
Contoh tempat kultur kutu air
  • Bersihkan tempat yang sudah disediakan tadi.
  • Persiapkan air bersih, kemudian bak diisi dengan air ini. Jangan menggunakan air yang ada kandungan kaporitnya, dapat memakai air sumur.
  • Sediakan jenis pupuk kandang untuk pemupukan, kotoran ayam, kotoran sapi, dan harus terbebas dari bahan kimia, 4- 5 g per liter air merupakan yang ideal.
  • Bahan organik tadi harus Anda masukkan dalam karung, supaya air tetap bersih dan tidak mengotori kolam, sertameminimalisir datangnya kotoran.
  • Jika pemupukan berhasil Anda kerjakan, biasanya dengan berjalannya waktu air akan berubah warna kecoklatan. Tunggu hingga selama 7 hari sampai terjadi proses dekomposisi yang bertujuan datangnya gas-gas beracun akibat berjalannya dekomposisi.
  • Indukan kutu air atau bibit yang sudah disediakan pada hari ke-8 dapat Anda masukkan dalam kolam ini baik yang di dapat dari membeli maupun dari alam.
  • Dalam beberapa hari, bibit kutu air tersebut dengan sendirinya akan cepat tumbuh dan dapat dipanen untuk diberikan pada benih ikan, maupun ikan hias seperti ikan cupang maupun ikan hias lainnya.
  • Kultur pakan alami ikan ini khusus buat burayak dan anakan ikan.
  • Sebanyak 1/2 dosis Anda dapat melakukan pemupukan ulang dengan jarak interval pupuk antara 7 - 8 hari sekali dengan tujuan menjaga jumlah kutu air tetap tersediasebagai pakan alami burayak atau anakan.
  • Dengan catatan: Pupuk yang sebelumnya harus diambil dulu, sebelum dimasukkan lagi jenis pupuk yang baru.

Pemanenan


  • Membuat skop net dengan ukuran lubang 1,5 – 2 mm atau seser yang dibuat dari kain kasa
  • Panen dilakukan pada hari ke 8
  • Panen dapat dilakukan secara total atau selektif
  • Panen selektif dilakukan dengan mengambil 70% dari kapasitas total populasi dalam kolam tersebut. Ukuran lubang skop net atau seser dibuat lebih besar sehingga kutu air yang masih kecil dapat lolos.

Inilah cara sederhana dan mudah kultur pakan alami kutu ari sebagai pakan alami untuk benih ikan dan ikan hias. 


Sumber :
  • https://www.infoikan.com/2017/04/kultur-pakan-alami-ikan-sederhana-dan.html
  • https://www.infoikan.com/2017/04/cara-kultur-daphnia-sp-yang-paling-mudah.html
  • https://farming.id/produksi-kutu-air-daphnia-sp-sebagai-pakan-alami-ikan/