Jumat, 28 September 2018

SURIMI IKAN




Surimi  secara harfiah berarti daging yang dilumatkan, Surimi biasanya disimpan di suhu rendah, hingga -22 derajat Celcius. Untuk menghindari danaturasi protein, biasanya telah ditambahkan dengan gula atau sodium tripolifosfat. Bahan ini juga disimpan dalam kantong plastik sebagai pelindung. Dengan dikemas beku, memudahkan dan mengefisienkan proses transportasi. Saat surimi akan digunakan, dilakukan pelelehan. adalah bahan makanan dari ikan yang dihaluskan hingga membentuk seperti pasta. Bahan ini biasanya dikemas plastik dan dalam keadaan beku, untuk kemudian dilelehkan dan diolah menjadi makanan jadi.
Secara teknis, seluruh ikan bisa dibuat menjadi surimi. Namun biasanya surimi dibuat dari daging ikan yang berwarna putih.Di seluruh dunia, ikan yang biasanya dipakai adalah Alaska pollock, namun akibat penangkapan berlebihan, populasi ikan ini telah jauh berkurang sehingga mulai banyak dikembangkan alternatif lain.
Pengolahan surimi melibatkan airgaram atau polifosfat (tergantung jenis surimi yang dibuat), MSG, krioprotektan yang melindungi protein dari denaturisasi, dan gula. Untuk memperbaiki sifat tidak elastis dari beberapa jenis daging ikan, bisa pula terjadi penambahan protein nabati atau jenis ikan lain seperti cumi-cumi. Sementara untuk daging ikan tinggi lemak, dilakukan pencucian dengan NaHCO3.
Secara umum proses pembuatan surimi adalah pencucian, penggilingan, pengemasan, dan pembekuan. Pembuatan surimi dimulai dengan memisahkan daging ikan dari seluruh tulang dan kulit, untuk kemudian digiling dan ditambahkan es batu untuk menjaga suhu adonan. Setelah halus, adonan ini dicuci sehingga hanya proteinnya yang tersisa. Kemudian sukrosa, garam atau polifosfat (tergantung apakah ingin membuat surimi bebas garam atau tidak), kemudian dibungkus dan dibekukan hingga suhu -33 derajat Celcius. Kemudian surimi disimpan di suhu -22 derajat Celcius.
Cara Pembuatan:
  1. Ikan yang akan diolah menjadi surimi dapat berasal dari berbagai sumber, langkah awal yang harus dilakukan adalah membersihkan ikan dengan air dan es agar kotoran yang menempel dapat dipisahkan dari tubuh ikan Penggunaan es dimaksudkan agar protein yang terkandung di tubuh ikan tidak rusak. Setelah memotong kepalanya, badan ikan ditimbang untuk mengetahui berat bersih bahan baku ini. Daging ikan yang sudah ditimbang tersebut dimasukkan ke dalam wadah untuk disimpan sementara di dalam ruang penyimpanan bersuhu -7°C sebelum ditangani oleh bagian produksi, Pembekuan ini dimaksudkan agar kualitas ikan yang diolah adalah baik.
  2. Ikan yang disimpan tadi kemudian dimasukkan ke dalam sebuah mesin yang disebut separator. Alat ini bertujuan menghancur-leburkan badan ikan (yang sudah tanpa kepala) sehingga akan terjadi pemisahan daging, kulit, sisik dan tulang ikan. Mesin tersebut memiliki tabung berlubang tempat ikan dan karet yang memungkinkan terjadinya pemisahan daging dari kulit, sisik dan tulang.
  3. Daging yang sudah terpisah tersebut dialirkan ke mesin pencucian A untuk memisahkan ampas yang menempel dari daging ikan. Daging ikan dicuci dengan air bersuhu 5°C sebanyak volume daging ikan. Campuran ini kemudian diaduk merata oleh mesin sehingga permukaan air menyentuh bibir tong. Ketika propeler dimatikan, daging ikan tidak mengendap dan aimya dibuang. Daging ikan yang tersisa tadi kemudian dimasukan ke dalamrotary screen A untuk mengurangi kadar air di dalam bahan baku daging ikan.
  4. Tahap selanjutnya adalah pencucian kedua di dalam (teaching tank) yang bertujuan membantu pada saat proses pengurangan kadar air. Cara kerjanya: hampir sama dengan mesin pencuci A hanya saja frekwensi putarannya lebih tinggi, yaitu 2 atau 3 kali lebih banyak atau sesuai kebutuhan, dengan menambahkan air garam
  5. Daging ikan dari pencucian kedua kemudian ditampung dalam big tank yang berfungsi sebagai penampungan terakhir untuk daging ikan yang telah hancur lebur tadi. Jika sudah berbentuk seperti bubur, daging ikan ini dapat dianggap sebagai bahan baku sudah bersih.
  6. Bubur dalam big tank tersebut selanjutnya dimasukkan kedalam rotary screen B agar kadar air berkurang, seperti yang dilakukan oleh rotary screen A.  Selanjutnya, untuk memisahkan daging ikan dan sisa ampas yang di dalamnya, buburdaging ikan kemudian disaring oleb dinding refiner yang merupakan selimut dan tabung silinder sehingga daging keluar melalui lubang pen sementara sisa ampas akan keluar melalui ujung tabung yang lain dalamnya, bubur daging ikan kemudian disaring oleb dinding refiner yang merupakan selimut dan tabung silinder sehingga daging keluar melalui lubang pen sementara sisa ampas akan keluar melalui ujung tabung yang lain.
  7. Untuk mengurangi kandungan air pada bubur daging tersebut, sebuah mesin (disebut screw press) dioperasikan untuk menekan (press) bubur daging. Alat pengontrol dioperasikan untuk menghasilkan daging dengan kadar air sebanyak 76-77%. Setelah penekanan ini akan dihasilkan gumpalan-gumpalan daging yang siap digiling menjadi surimi. Penggilingan tersebut dilakukan oleh mesin (mixing machine). Satu kali penggilingan akan menghasilkan sekitar 100 kg daging. Untuk menghasilkan prothik yang bagus dan tahan lama maka dalam proses ini ditambahkan sedikit bahan lain yaitu gula sebagai perasa. tirofosfat sebagai penyegar dan polifosfat yang berfungsi ganda, termasuk pengawetan. Penggunaan bahan-bahan lain bahan ini harus sesuai dengan dosis yang dibolehkan, Untuk memastikan diperoleh kualitas yang diinginkan, sejumlah sampel surimi diambil untuk diperiksa di laborotarium, khususnya untuk mengetahui kadar air dan kadar kekuatan daging.
  8. Surimi tersebut kemudian dicetak dengan mesin yang disebut filling machine. Daging yang digiling selama 2 menut (surimi) lain dimasukkan ke dalam mesin pencetak yang memiliki ulir berfungsi mendorong daging ke arah cetakan yang berbentuk persegi empat. Di ujung cetakan tersebut ditaruh kantong plastik berlabel sesuai dengan jenis surimi yang diharapkan. Plastik tersebut kemudian diletakkan ke dalam piring cetakan berkapasitas 10 kg. Setelah dicetak, surimi yang ada di dalam kantong plastik tersebut diratakan secara manual sehingga akan dihasilkan produk kepingan surimi yang rata. Hal ini juga berguna untuk penataan pada saat disimpan di dalam mesin pembeku freezer machine.
  9. Kepingan surimi disusun di atas piring cetakan yang terdapat di dalam frezeer Tumpukan kepingan surimi tersebut kemudian ditekan dengan pompa agar selama proses pembekuan tidak terjadi perubahan bentuk surimi. Suhu yang diatur hingga tercapai -40°C, sesuai dengan titik beku maksimal untuk surimi. Pembekuan ini berlangsung selama sekitar 2 jam. Setelah itu, surimi diangkat dan dimasukkan ke dalam fellet yang terbuat darii besi untuk persiapan pengemasan.
  10. Pengemasan dilakukan dengan mesin pengemas. Surimi dimasukan ke dalam kotak sesuai dengan jenis dan gradenya, kemudian diletakkan di atas sabuk berjalan (canveyor belt) yang membawa kotak menuju pegawai yang akan memasukkan ke dalam kotak, mengikat dan memberi label sesuai dengan jenis dan kualitasnya; satu kotak berisi sekitar 20 kg surimi Kemudian di taruh difellet tadi untuk siap di angkut ke ruang penyimpanan (cold storage) bersuhu -18°C. Surimi disimpan hingga akan dikirim atau diekspor


Untuk produk lanjutan seperti kamaboko, dilakukan penambahan pati seperti tepung tapioka.
Surimi biasanya disimpan di suhu rendah, hingga -22 derajat Celcius. Untuk menghindari danaturasi protein, biasanya telah ditambahkan dengan gula atau sodium tripolifosfat. Bahan ini juga disimpan dalam kantong plastik sebagai pelindung. Dengan dikemas beku, memudahkan dan mengefisienkan proses transportasi. Saat surimi akan digunakan, dilakukan pelelehan.

Sumber : 
https://bisnisukm.com/pembuatan-surimi-ikan.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Surimi

Selasa, 25 September 2018

BUDIDAYA BELUT


budidaya belut

PENYIAPAN SARANA DAN PERALATAN
  • Perlu diketahui bahwa jenis kolam budidaya ikan belut harus dibedakan antara lain: kolam induk/kolam pemijahan, kolam pendederan (untuk benih belut berukuran 1-2 cm), kolam belut remaja (untuk belut ukuran 3-5 cm) dan kolam pemeliharaan belut konsumsi (terbagi menjadi 2 tahapan yang masing-masing dibutuhkan waktu 2 bulan) yaitu untuk pemeliharaan belut ukuran 5-8 cm sampai menjadi ukuran 15-20 cm dan untuk pemeliharan belut dengan ukuran 15-20 cm sampai menjadi ukuran 30-40 cm.
  • Bangunan jenis-jenis kolam belut secara umum relatif sama hanya dibedakan oleh ukuran, kapasitas dan daya tampung belut itu sendiri.
  • Ukuran kolam induk kapasitasnya 6 ekor/m 2 . Untuk kolam pendederan (ukuran belut 1-2 cm) daya tampungnya 500 ekor/m 2 . Untuk kolam belut remaja (ukuran 2-5 cm) daya tampungnya 250 ekor/m 2 . Dan untuk kolam belut konsumsi tahap pertama (ukuran 5-8 cm) daya tampungnya 100 ekor/m 2 . Serta kolam belut konsumsi tahap kedua (ukuran 15-20cm) daya tampungnya 50 ekor/m 2 , hingga panjang belut pemanenan kelak berukuran 3-50 cm.
  • Pembuatan kolam belut dengan bahan bak dinding tembok/disemen dan dasar bak tidak perlu diplester.
  • Peralatan lainnya berupa media dasar kolam, sumber air yang selalu ada, alat penangkapan yang diperlukan, ember plastik dan peralatan-peralatan lainnya.
  • Media dasar kolam terdiri dari bahan-bahan organik seperti pupuk kandang, sekam padi dan jerami padi. Caranya kolam yang masih kosong untuk lapisan pertama diberi sekam padi setebal 10 cm, diatasnya ditimbun dengan pupuk kandang setebal 10 cm, lalu diatasnya lagi ditimbun dengan ikatan-ikatan merang atau jerami kering. Setelah tumpukan-tumpukan bahan organik selesai dibuat (tebal seluruhnya sekitar 30 cm), berulah air dialirkan kedalam kolam secara perlahan-lahan sampai setinggi 50 cm (bahan organik + air). Dengan demikian media dasar kolam sudah selesai, tinggal media tersebut dibiarkan beberapa saat agar sampai menjadi lumpur sawah. Setelah itu belut-belut diluncurkan ke dalam kolam.

PENYIAPAN BIBIT

1.  Menyiapkan Bibit
  • Anak belut yang sudah siap dipelihara secara intensif adalah yang berukuran 5-8 cm. Di pelihara          selama  4 bulan dalam 2 tahapan dengan masing-masing tahapannya selama 2 bulan.
  • Bibit bisa diperoleh dari bak/kolam pembibitan atau bisa juga bibit diperoleh dari sarang-sarang bibit yang ada di alam.
  • Pemilihan bibit bisa diperoleh dari kolam perikanan atau pemijahan. Biasanya belut yang dipijahkan adalah belut betina berukuran ± 30 cm dan belut jantan berukuran ± 40 cm.
  • Pemijahan dilakukan di kolam pemijahan dengan kapasitas satu ekor pejantan dengan dua ekor betina untuk kolam seluas 1 m 2 . Waktu pemijahan kira-kira berlangsung 10 hari baru telur-telur ikan belut menetas. Dan setelah menetas umur 5-8 hari dengan ukuran anak belut berkisar 1,5-2,5 cm. Dalam ukuran ini belut segera diambil untuk ditempatkan di kolam pendederan calon benih/calon bibit. Anak belut dengan ukuran sedemikian tersebut diatas segera ditempatkan di kolam pendederan calon bibit selama ± 1 (satu) bulan sampai anak belut tersebut berukuran 5-8 cm. Dengan ukuran ini anak belut sudah bisa diperlihara dalam kolam belut untuk konsumsi selama dua bulan atau empat bulan.


2.  Perlakuan dan Perawatan

Bibit Dari hasil pemijahan anak belut ditampung di kolam pendederan calon benih selama 1 bulan. Dalam hal ini benih diperlakukan dengan secermat mungkin agar tidak banyak yang hilang. Dengan perairan yang bersih dan lebih baik lagi apabila di air yang mengalir.

PEMELIHARAAN PEMBESARAN

1.      Pemupukan
Jerami yang sudah lapuk diperlukan untuk membentuk pelumpuran yang subur dan pupuk kandang juga diperlukan sebagai salah satu bahan organik utama.
2.     Pemberian Pakan
Bila diperlukan bisa diberi makanan tambahan berupa cacing, kecoa, ulat besar(belatung) yang diberikan setiap 10 hari sekali.
3.     Pemberian Vaksinasi
4.     Pemeliharaan Kolam dan Tambak
Yang perlu diperhatikan pada pemeliharaan belut adalah menjaga kolam agar tidak ada gangguan dari luar dan dalam kolam tidak beracun.


Sumber :
  • https://elnandar.com/cara-budidaya-belut/
  • http://komunitaspenyuluhperikanan.blogspot.com/2013/01/budidaya-belut.html
  • https://erakini.com/budidaya-belut/

Jumat, 21 September 2018

CARA MEMBUAT DODOL RUMPUT LAUT




PENDAHULUAN
Dodol merupakan makanan tradisional yang banyak diproduksi oleh masyarakat di berbagai daerah. Perbedaan dodol rumput laut dengan dodol biasa terletak pada bahan dasar yang digunakan. Dodol biasa dibuat dengan menggunakan bahan dasar tepung beras ketan, sedangkan dodol rumput laut diolah dengan menggunakan bahan dasar rumput laut.
Banyak manfaat yang diperoleh dari dodol rumput laut diantaranya adalah banyak mengandung dietary fiber, yaitu serat   makanan   yang   tidak   dapat   dicerna   oleh   enzim pencernaan  manusia.     Hal  tersebut  menyebabkan  dodol rumput laut memeiliki kelebihan yang sama dengan manisan rumput laut.
Dodol rumput laut diolah dengan menggunakan bahan utama rumput laut jenis Eucheuma cottonii.Dodol rumput laut berwarna  coklat  kemerahan,  kenyal,  agak  bening  karena kandungan karagenannya.
Dodol umumnya mempunyai sifat elastis, padat dan daya awet bervariasi.    Karakteristik bahan penyusun dodol ditentukan oleh komposisi bahan-bahan yang dikandungnya dan proses pemasakannya.
Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan dodol rumput laut selain rumput laut kering adalah gula dan bahan tambahan lainnya seperti garam dan air perasan jahe.  Selain itu, ada juga daerah yang menggunakan bahan-bahan tambahan lain seperti santan kelapa dan vanili.
BAHAN-BAHAN
1.    Rumput laut kering (E. cottonii) kadar air 32%      100%
2.    Air 50% dari bahan
3.    Gula pasir 25% dari bahan
4.    Susu 25% dari bahan
5.    Garam 5% dari bahan
6.    Vanili  1% dari bahan
1.    Pewarna alami (food grade)  1% dari bahan

ALAT-ALAT
1) Wajan
2) Baskom
3) Sendok
4) Kompor
5) Blender
6) Oven
7) Nampan/wadah cetakan
8) Wadah pencucian
9) Pisau
10) Talenan

MENGOLAH DODOL RUMPUT LAUT
Secara garis besar pengolahan rumput laut menjadi dodol meliputi tahap persiapan, pemasakan, pengentalan, pemotongan, penjemuran/pengeringan, dan pengemasan. Teknologi modifikasi dodol rumput laut skala industri adalah sebagai berikut.
1.    Menyiapkan bahan baku:
o  Rumput laut kering (kadar air 32%) direndam dengan air dingin selama 48 jam.
o  Lakukan penggantian air perendaman setiap 24 jam.
o  Perendaman dianggap cukup jika thallus rumput laut sudah          mengembang,   lunak   dan   dapat   dipotong dengan jari tangan.
2.    Pelumatan bahan baku;
o  Timbang sesuai kebutuhan dan masukkan ke dalam blender.
o  Blender   dengan   kecepatan   sedang,   kemudian lanjutkan dengan kecepatan tinggi hingga hancuran rumput laut benar-benar halus.
3.    Pada waktu yang bersamaan panaskan santan dan gula pasir sampai mendidih. Santan diambil dari satu buah kelapa yang diparut dan diperas dengan penambahan air 25%  dari  jumlah  air  yang  digunakan,  perbandingan rumput laut dengan gula 1 : 1.
4.    Setelah  santan  keluar  minyaknya,  masukkan  bubur rumput laut dan tambahkan air dengan volume 4 bagian dari rumput laut. Selama pemasakan, pengadukan terus dilakukan agar adonan dapat tercampur merata.
5.    Hentikan  setelah  adonan  (kalis)  matang,  kemudian angkat dan masukkan ke dalam loyang sampai menjadi padat atau mengeras.
6.    Potong-potong dodol rumput laut yang sudah mengeras dengan ukuran 1 X 4 cm dan ketebalan 1 cm.   Dodol kemudian dikeringkan selama 3 - 4 hari, lalu dikemas dalam plastik dan siap dipasarkan.

MENGEMAS DODOL RUMPUT LAUT
Setelah produk dodol rumput laut didinginkan, selanjutnya produk  dodol  rumput  laut  dikemas.  Pengemasan menggunakan plastik polyetylene (PE) dengan jumlah tertentu tergantung pemasarannya. Langkah pengemasan sebagai berikut;
1)    Potongan  dodol  dibungkus  dengan  lembaran  plastik transparan
2)    Dodol  dalam  kemasan  plastik  selanjutnya  dikemas dalam inner karton dengan berat 250gr.
3)    Kemasan inner karton kemudian dikemas dalam master karton sesuai ukuran.
4)    Kemasan master karton disimpan dalam suhu ruangan untuk selanjutnya didistribusikan.
5)    Catatan: saat ini banyak juga dodol rumput laut yang telah dibungkus kemudian dikemas dalam anyaman seperti          bentuk   parsel   sebagai   bentuk   penganeka- ragaman kemasan saat pemasaran.

Sumber :https://kawankyaizul2.wordpress.com/2017/04/01/cara-membuat-dodol-rumput-laut

Senin, 10 September 2018

Peran dan Fungsi Kelompok Pelaku Utama Perikanan



Kelompok pelaku utama perikanan merupakan wadah kebersamaan para pelaku utama di bidang perikanan dalam upaya untuk mencapai pelaku utama yang tangguh, yaitu yang mampu mengambil keputusan dan tindakan secara mandiri dalam upaya memecahkan masalahnya sendiri, menghadapi tantangan dan mengatasi kendala yang ada. Dengan demikian kelompok memiliki peran antara lain sebagai media komunikasi dan dan pergaulan sosial yang wajar, lestari dan dinamis, basis untuk mencapai pembaharuan yang merata serta pemersatu aspirasi yang murni dan sehat. Selain itu, kelompok menjadi wadah yang efektif dan efisien untuk belajar serta bekerjasama dan dapat menjadi teladan bagi lingkungan sekitarnya.


PERAN KELOMPOK

Sebuah kelembagaan kelompok pelaku utama bidang kelautan dan perikanan dapat memiliki peranan antara lain sebagai berikut :
1) Sebagai media komunikasi dan pergaulan sosial yang wajar, lestari dan dinamis.
2) Sebagai basis untuk mencapai pembaharuan secara merata.
3) Sebagai pemersatu aspirasi yang murni dan sehat.
4) Sebagai wadah yang efektif dan efisien untuk belajar serta bekerja sama.
5) Sebagai teladan bagi masyarakat lainnya.

FUNGSI KELOMPOK

Untuk dapat mewujudkan peranan tersebut maka kelompok seharusnya dapat berfungsi antara lain sebagai: 
(1) Kelas belajar; 
(2) Wadah kerja sama; 
(3) Unit produksi; 
(4) Organisasi kegiatan bersama; dan 
(5) Kesatuan swadaya dan swadana.

1) Kelompok Sebagai Kelas Belajar

Sebagai kelas belajar, kelompok merupakan media interaksi belajar antar pelaku utama. Mereka dapat melakukan proses interaksi edukatif dalam rangka mengadopsi inovasi. Mereka dapat saling Asah, Asih dan Asuh dalam menyerap suatu informasi dari fasilitator, mediator, pemandu, pendamping, penyuluh dan pihak lain. Mereka akan dapat mengambil kesepakatan tindakan bersama apa yang akan diambil dari hasil belajar tersebut. Dengan demikian proses kemandirian kelompok akan dapat dicapai. Di dalam kelompok sebagai kelas belajar para pelaku utama akan dapat melakukan komunikasi multi dimensional. Mereka dapat mempertukarkan pengalaman masing-masing, sehingga akan membuat pelaku utama semakin dewasa untuk dapat keluar dari masalahnya sendiri, tanpa adanya ketergantungan pada petugas (pendamping, penyuluh dan lain-lain).

2) Kelompok Sebagai Wadah Kerja Sama

Sebagai wadah kerja sama, kelompok pelaku utama merupakan cerminan dari keberadaan suatu wadah kerjasama.
Kelembagaan pelaku utama sebagai wahana kerjasama antara anggota kelompok dan antara kelompok dengan pihak lain:
a) menciptakan suasana saling kenal, saling percaya mempercayai dan selalu berkeinginan untuk berkejasama dalam bisnis perikanan.
b) menciptakan suasana keterbukaan dalam menyatakan pendapat dan pandangan-pandangan di antara anggota untuk mencapai tujuan bersama dalam kegiatan bisnis perikanan.
c) mengatur dan melaksanakan pembagian tugas/kerja diantara sesama anggota sesuai dengan kesepakatan bersama.
d) mengembangkan kedisiplinan dan rasa/tanggung jawab diantara sesama anggota kelompok dalam mencapai keberhasilan bisnis perikanan.
e) merencanakan dan melaksanakan musyawarah dan pertemuan-pertemuan lainnya agar tercapai kesepakatan yang bermanfaat bagi kelompoknya dalam menunjang bisnis perikanan.
f) mentaati dan melaksanakan kesepakatan yang dihasilkan bersama dalam kelompok
g) melaksanakan tukar menukar pikiran.
h) bekerjasama dengan pihak-pihak penyedia kemudahan sarana produksi perikanan, pengolahan, dan pemasaran hasil.
i) mengembangkan kader kepemimpinan di kalangan para anggota kelompok dengan jalan memberikan kesempatan kepada setiap anggota untuk megembangkan keterampilan dibidang tertentu sehingga berperan sebagai agen teknologi.
j) mengadakan akses ke lembaga keuangan untuk keperluan pengembangan usaha para anggota kelompok
k) melaksanakan hubungan melembaga dengan kios penyedia sarana produksi perikanan dalam pelaksanakan RUK, pengolahan, pemasaran hasil dan permodalan.

3) Kelompok Sebagai Unit Produksi

Kelompok pelaku utama sebagai unit produksi, erat hubungan dengan wadah kerja sama misalnya kelompok pembudidaya ikan. Dengan melaksanakan kegiatan budidaya secara bersama–sama dapat dicapai efisiensi yang lebih tinggi misalnya, dalam pengadaan sarana produksi, perkreditan, dan pemasaran hasil.
Oleh karena itu dengan fungsi kelompok sebagai unit produksi akan dapat dicapai skala ekonomis usaha yang dapat memberikan keuntungan yang lebih besar kepada para pelaku utama.

4) Kelompok Sebagai Organisasi Kegiatan Bersama

Dengan berkelompok maka pelaku utama akan belajar mengorganisasi kegiatan bersama-sama, yaitu membagi pekerjaan dan mengkoordinisasi pekerjaan dengan mengikuti tata tertib sebagai hasil kesepakatan mereka. Mereka belajar membagi peranan dan melakukan peranan tersebut. Mereka belajar bertindak atas nama kelompok yang kompak, yaitu setiap anggota merasa memiliki commitment terhadap kelompoknya. Mereka merasa "In Group" yaitu mengembangkan "ke-kitaan bukan ke-kamian". Dengan demikian akan merasa bangga sebagai suatu kelompok yang terorganisasi secara baik, dibandingkan berbuat sendiri-sendiri.

5) Kelompok Sebagai Kasatuan Swadaya dan Swadana 

Kelompok pelaku utama adalah kumpulan pelaku utama yang mempunyai hubungan atau interaksi yang nyata, mempunyai daya tahan dan struktur tertentu, berpartisipasi bersama dalam suatu kegiatan. Hal ini tidak akan dapat terwujud tanpa adanya kesatuan kelompok tersebut.
Pelaku utama diharapkan dapat mandiri dalam arti mampu merumuskan masalah, mengambil keputusan, merencanakan, melaksanakan kegiatan dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Tumbuhnya kemandirian tersebut diharapkan dapat dilakukan melalui kelompok. 

Sumber :

  • http://komunitaspenyuluhperikanan.blogspot.com/2010/12/peran-dan-fungsi-kelompok-pelaku-utama.html
  • http://pertanian.magelangkota.go.id/informasi/artikel-pertanian/161-peran-dan-fungsi-kelompok-perikanan-oleh-kurnia-hardjanto-s-pi-m-eng


Jumat, 07 September 2018

PEMBUATAN SELAI RUMPUT LAUT



rumput-laut

PENDAHULUAN
Selai adalah produk makanan semi basah yang biasanya digunakan sebagai bahan olesan roti dan juga sebagai bahan tambahan untuk pembuatan kue maupun makanan lainnya. Selai dibuat dengan cara memasak campuran antara bahan- bahan yang telah dihancurkan dan gula, dengan atau tanpa penambahan air.   Selai yang bermutu baik memiliki tanda atau sifat-sifat tertentu, diantaranya adalah konsistensi, warna cemerlang, tekstur lembut, tidak mengalami sineresis (keluarnya  air  dari  gel),  dan  tidak  mengalami  kristalisasi selama penyimpanan.

BAHAN-BAHAN YANG DIGUNAKAN
1.    Rumput laut kering (E. cottonii) kadar air 32%, sebanyak 200gr (100%)
2.    Gula pasir, sebanyak 300gr (150%)
3.    Asam sitrat, sebanyak 2gr (1%)
4.    Garam, sebanyak 0,5gr (0,25%)
5.    Gum arab, sebanyak 0,5gr (0,25%)
6.    Pewarna makanan (foodgrade) secukupnya

ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN
1) Blender
2) Wadah perebusan
3) Kompor
4) Dandang/Langseng
5) Botol Jam

MENGOLAH SELAI RUMPUT LAUT
Prosedur pembuatan selai rumput laut adalah sebagai berikut:
1.    Menyiapkan bahan baku:
-  Rumput laut kering (kadar air 32%) direndam dengan air dingin selama 48 jam
-  Lakukan penggantian air perendaman setiap 24 jam
-  Perendaman dianggap cukup jika thallus rumput laut sudah               mengembang,   lunak   dan   dapat   dipotong dengan jari tangan.
    
2.    Pelumatan bahan baku;
- 

 
Timbang sebanyak 200gr dan masukkan ke dalam blender
-  Blender   dengan   kecepatan   sedang,   kemudian lanjutkan dengan kecepatan tinggi hingga hancuran rumput laut benar-benar halus.

3.    Memasak;
-  Tuangkan lumatan rumput laut ke dalam wadah pemasakan
-  Tambahkan  gula  pasir  sebanyak  300gr  (150%  dari berat rumput laut), aduk hingga rata dan tambahkan air secukupnya dan dipanaskan hingga mendidih
-  Tambahkan asam sitrat 2gr dan garam 0,5gr
-  Tambahkan   gum   arab   (penstabil)   0,5gr   yang sebelumnya sudah dilarutkan dalam air dingin
-  Matikan api kompor, tambahkan pewarna
-  Biarkan hingga dingin

4.    Pengemasan dalam botol.



MENGEMAS SELAI RUMPUT LAUT

Pengemasan selai rumput laut dapat dilakukan dengan menggunakan   botol   jam,   gelas   dengan   penutup   plastik ataupun   wadah   mangkok   plastik   tergantung   tersedianya bahan kemasan. Pengemasan harus dilakukan secara aseptis sehingga selai dapat awet selama penyimpanan. Wadah pengemasan botol jam lebih disukai karena selain tidak bereaksi dengan bahan yang dikemas, juga dapat ditutup kembali  dengan  baik  setelah  botol  dibuka karena biasanya selai tidak langsung habis dalam sekali pakai.

Langkah pengemasan dengan botol jam:
1.    Cara 1:
-  Botol  selai  setelah  dicuci  direbus  pada  suhu  100C selama 30 menit (sterilisasi)
-  Lakukan pengisian selai (pastikan botol dalam keadaan kering), pengisian harus menyisakan ruang kosong 10% dari wadah sebagai head space.
-  Tutup botol dengan baik.

2.    Cara 2:
-  Lakukan pengisian selai ke dalam botol jam kemudian tutup (pengisian harus menyisakan ruang kosong 10% dari wadah sebagai head space).
-  Botol  jam  dipasteurisasi  pada  suhu  82⁰C  selama  30 menit.
-  Selanjutnya botol jam dikemas dalam kemasan karton untuk penyimpanan dan distribusi. Produk disimpan dalam suhu ruang.



SUMBER:
https://arpansiregar.wordpress.com/2013/01/05/pengolahan-selai-rumput-laut/