Ikan memiliki kandungan protein yang cukup tinggi dan rentan terhadap proses pembusukan. Pembusukan ikan terjadi karena disebabkan oleh enzym
dan bakteri. Oleh karena itu untuk mencegah pembusukan, sangat efektif jika
kedua penyebab utama ini disingkirkan dari ikan, dibunuh, dan dicegah
kedatangan penyebab lain yang berasal dari luar. Pembusukan itu sendiri
bagaimana pun tidak dapat dicegah atau dihindari. Sampai saat manusia baru
berhasil untuk memperlambat atau menunda proses pembusukan itu.
Pembusukan ikan adalah
proses rumit yang disebabkan oleh kombinasi aksi enzim, bakteri dan bahan kimia
yang terdapat didalam ikan. Faktor-faktor yang berkontribusi pembusukan ikan
adalah kadar air tinggi, kandungan lemak tinggi, kandungan protein tinggi,
jaringan otot yang lemah, suhu lingkungan, dan penanganan yang tidak higienis.
Pembusukan ikan biasanya disertai dengan perubahan karakteristik fisik seperti
perubahan warna, bau, tekstur, warna mata, warna insang, dan kelembutan otot.
Adapun tanda-tanda yang terlihat dari proses pembusukan adalah terjadinya
perubahan bau dan rasa yang tidak diinginkan, pembentukan lendir, produksi gas,
perubahan warna, dan perubahan tekstur.
Usaha Mencegah Pembusukan Ikan
Usaha terbaik yang dapat dilakukan untuk
mempertahankaan mutu ikan terhadap pembusukan adalah sebagai berikut:
1. Mengurangi sebanyak
mungkin jumlah enzim dan bakteri pada tubuh ikan.
Bakteri
terdapat pada bagian kulit dan terutama sekali pada insang dan isi perutnya
sedangkan enzim pada daging dan sebagian besar pada perutnya. Jika setelah
ditangkap dibuang isi perutnya dan insangnya serta kemudian dicuci bersih,
dihilangkan lendir-lendirnya maka berarti sebagian besar bakteri dan enzim
telah dibuang. Selain membuang sisik dan isi perut, insang ikan juga harus dibuang karena pada insang juga banyak bakteri yang mempercepat proses pembusukan ikan.
2. Membunuh sisa-sisa bakteri dan enzim
atau sekurang-kurangnya menghambat kegiatannya.
Bakteri yang tertinggal pada ikan dapat diperangi
dengan berbagai cara yang pada dasarnya dapat dibagi dalam 5 kategori:
·
Penggunaan
suhu rendah
Penggunaan suhu rendah dengan cara menyimpan ikan dengan es curai atau dilakukan dengan pembekuan ikan. Suhu ikan yang dingin tentunya akan menghambat kerja enzin dan menghambat perkembangan bakteri.
·
Penggunaan
suhu tinggi
Penggunaan suhu tinggi dilakukan untuk membunuh bakteri. Suhu tinggi biasanaya dilakukan pada produk-produk perikanan seperti ikan asap dan ikan pindang.
·
Pengeringan
(dehidrasi)
Pengerikan ikan seperti ikan asin bertujuan untuk mengurangi kadar air pada ikan sehingga dapat memperpanjang masa penyimpanan ikan. untuk mengeringkan ikan bisanya dijemur dibawah terik matahari.
·
Penggunaan
zat-zat anti septic
Dapat menggunakan rempah-rempah dapar seperti bawang putih dan kunyit.
Dapat menggunakan rempah-rempah dapar seperti bawang putih dan kunyit.
·
Penyinaran
atau irradiasi
Untuk dapat hidup dengan baik,
bakteri memerlukan suhu tertentu, tergantung dari jenisnya. Ada tiga macam
bakteri berdasarkan pertahanannya terhadap suhu seperti pada tabel berikut :
Dari tabel diatas dapat disimpulkan
bahwa kebanyakan bakteri akan mati atau sekurang-kurangnya akan terhenti
kegiatannya bila suhu ikan diturunkan sampai dibawah 0 0 C atau bila dinaikkan
sampai diatas 100 derajat celcius. Penggunaan suhu rendah kita lakukan dengan
menggunakan es atau dengan cara pendinginan lainnya. Sedangkan suhu
tinggi dipakai misalnya dalam pengalengan atau pemindangan. Ikan asin, ikan
asap, ikaan asam, dan sebagainya akan lebih awet jika disimpan pada suhu
rendah.
Air merupakan kebutuhan yang pokok bagi pertumbuhan bakteri.
Air merupakan kebutuhan yang pokok bagi pertumbuhan bakteri.
Bakteri selalu menyerap makanannya dalam bentuk larutan, dan untuk itu diperlukan air. Jadi dalam suasana kering, bakteri tidak akan dapat makan sehingga akan mati. Atas dasar inilah maka ikan dapat diawetkan dengan mengurangi kadar airnya, yaitu dengan cara:
·
Pengeringan
dengan udara (Drying)
·
Osmose
(penggunaan garam)
·
Pemasakan
(perebusan, pengukusan, pengetiman)
·
Pengeringan
dengan pembekuan pada ruang hampa ( vacuum freeze drying).
Beberapa zat kimia seperti asam cuka, klor (kaporit), Aureonmycin, asam benzoat, natrium benzoat, dll, sangat efektif dipakai untuk membunuh kuman bakteri dan menghentikan enzym. Zat-zat tersebut dapat dipakai untuk mengawetkan ikan dalam batas-batas tertentu.
3. Melindungi ikan terhadap
kontaminasi bakteri dari luar.
Pengawetan tidak akan banyak berarti jika ikan yang telah diawetkan tidak dilindungi dari penyebab kerusakan baru yang datang dari luar ikan. Kerusakan ini bermacam-macam pada ikan olahan dan hasil olahannya, antara lain :
- Pembusukan akibat pencemaran bakteri dari air, pembungkus, dari ikan lain, dan sebagainnya.
- Oksidasi lemak yang menimbulkan bau tengik,
- Kerusakan-kerusakan fisik karena serangga, jamur, kecerobohan dalam penanganan, dan sebagainya.
Untuk melindungi ikan terhadap kerusakan-kerusakan ini kita harus menyelenggarakan sanitasi dan hygiene yang baik dalam proses penanganan, melakukan pembungkusan / pengepakan yang baik, serta usaha-usaha proteksi yang lain.
Sumber :
Anonim. 2011. Pengeringan Ikan di http://bosan-kuliah.blogspot.com/2011/12/pengeringan-ikan.html
Trisno Utomo. 2016. Ikan sebagai Pangan (2) :
Kemunduran Mutu Ikan di https://www.kompasiana.com/lhapiye/56e7bade329773e7093cb75e/ikan-sebagai-pangan-2-kemunduran-mutu-ikan?page=all
Anonim. 2017. Pemindangan ikan di http://equatornusantara.blogspot.com/2017/07/pemindangan-ikan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar