Kamis, 16 Mei 2019

CARA MENCEGAH PEMBUSUKAN IKAN




Ikan memiliki kandungan protein yang cukup tinggi dan rentan terhadap proses pembusukan. Pembusukan ikan terjadi karena disebabkan oleh enzym dan bakteri. Oleh karena itu untuk mencegah pembusukan, sangat efektif jika kedua penyebab utama ini disingkirkan dari ikan, dibunuh, dan dicegah kedatangan penyebab lain yang berasal dari luar. Pembusukan itu sendiri bagaimana pun tidak dapat dicegah atau dihindari. Sampai saat manusia baru berhasil untuk memperlambat atau menunda proses pembusukan itu.
 Ikan sebagai Pangan (2) : Kemunduran Mutu Ikan
Pembusukan ikan adalah proses rumit yang disebabkan oleh kombinasi aksi enzim, bakteri dan bahan kimia yang terdapat didalam ikan. Faktor-faktor yang berkontribusi pembusukan ikan adalah kadar air tinggi, kandungan lemak tinggi, kandungan protein tinggi, jaringan otot yang lemah, suhu lingkungan, dan penanganan yang tidak higienis. Pembusukan ikan biasanya disertai dengan perubahan karakteristik fisik seperti perubahan warna, bau, tekstur, warna mata, warna insang, dan kelembutan otot. Adapun tanda-tanda yang terlihat dari proses pembusukan adalah terjadinya perubahan bau dan rasa yang tidak diinginkan, pembentukan lendir, produksi gas, perubahan warna, dan perubahan tekstur.


Usaha Mencegah Pembusukan Ikan

Usaha terbaik yang dapat dilakukan untuk mempertahankaan mutu ikan terhadap pembusukan adalah sebagai berikut:

1.    Mengurangi sebanyak mungkin jumlah enzim dan bakteri pada tubuh ikan.

Bakteri terdapat pada bagian kulit dan terutama sekali pada insang dan isi perutnya sedangkan enzim pada daging dan sebagian besar pada perutnya. Jika setelah ditangkap dibuang isi perutnya dan insangnya serta kemudian dicuci bersih, dihilangkan lendir-lendirnya maka berarti sebagian besar bakteri dan enzim telah dibuang. Selain membuang sisik dan isi perut, insang ikan juga harus dibuang karena pada insang juga banyak bakteri yang mempercepat proses pembusukan ikan.
2.    Membunuh sisa-sisa bakteri dan enzim atau sekurang-kurangnya menghambat kegiatannya.

Bakteri yang tertinggal pada ikan dapat diperangi dengan berbagai cara yang pada dasarnya dapat dibagi dalam 5 kategori:

·           Penggunaan suhu rendah


Penggunaan suhu rendah dengan cara menyimpan ikan dengan es curai atau dilakukan dengan pembekuan ikan. Suhu ikan yang dingin tentunya akan menghambat kerja enzin dan menghambat perkembangan bakteri.
·           Penggunaan suhu tinggi


Penggunaan suhu tinggi dilakukan untuk membunuh bakteri. Suhu tinggi biasanaya dilakukan pada produk-produk perikanan seperti ikan asap dan ikan pindang.

·           Pengeringan (dehidrasi) 
PENGERINGAN IKAN


Pengerikan ikan seperti ikan asin bertujuan untuk mengurangi kadar air pada ikan sehingga dapat memperpanjang masa penyimpanan ikan. untuk mengeringkan ikan bisanya dijemur dibawah terik matahari.
·           Penggunaan zat-zat anti septic

Dapat menggunakan rempah-rempah dapar seperti bawang putih dan kunyit.
·           Penyinaran atau irradiasi

Untuk dapat hidup dengan baik, bakteri memerlukan suhu tertentu, tergantung dari jenisnya. Ada tiga macam bakteri berdasarkan pertahanannya terhadap suhu seperti pada tabel berikut :
Kisaran suhu bagi kehidupan bakteri


Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kebanyakan bakteri akan mati atau sekurang-kurangnya akan terhenti kegiatannya bila suhu ikan diturunkan sampai dibawah 0 0 C atau bila dinaikkan sampai diatas 100 derajat celcius. Penggunaan suhu rendah kita lakukan dengan menggunakan es atau dengan cara pendinginan   lainnya. Sedangkan suhu tinggi dipakai misalnya dalam pengalengan atau pemindangan. Ikan asin, ikan asap, ikaan asam, dan sebagainya akan lebih awet jika disimpan pada suhu rendah.

Air merupakan kebutuhan yang pokok bagi pertumbuhan bakteri.
 
Bakteri selalu menyerap makanannya dalam bentuk larutan, dan untuk itu diperlukan air. Jadi dalam suasana kering, bakteri tidak akan dapat makan sehingga akan mati. Atas dasar inilah maka ikan dapat diawetkan dengan mengurangi kadar airnya, yaitu dengan cara:


·                     Pengeringan dengan udara (Drying)
·                     Osmose (penggunaan garam)
·                     Pemasakan (perebusan, pengukusan, pengetiman)
·                     Pengeringan dengan pembekuan pada ruang hampa ( vacuum freeze drying).

Beberapa zat kimia seperti asam cuka, klor (kaporit), Aureonmycin, asam benzoat, natrium benzoat, dll, sangat efektif dipakai untuk membunuh kuman bakteri dan menghentikan enzym. Zat-zat tersebut dapat dipakai untuk mengawetkan ikan dalam batas-batas tertentu.

3. Melindungi ikan terhadap kontaminasi bakteri dari luar.

Pengawetan tidak akan banyak berarti jika ikan yang telah diawetkan tidak dilindungi dari penyebab kerusakan baru yang datang dari luar ikan. Kerusakan ini bermacam-macam pada ikan olahan dan hasil olahannya, antara lain :

  • Pembusukan akibat pencemaran bakteri dari air, pembungkus, dari ikan lain, dan sebagainnya.
  • Oksidasi lemak yang menimbulkan bau tengik, 
  • Kerusakan-kerusakan fisik karena serangga, jamur, kecerobohan dalam penanganan, dan sebagainya.


Untuk melindungi ikan terhadap kerusakan-kerusakan ini kita harus menyelenggarakan sanitasi dan hygiene yang baik dalam proses penanganan, melakukan pembungkusan / pengepakan yang baik, serta usaha-usaha proteksi yang lain.


Sumber :





Jumat, 10 Mei 2019

KEGUNAAN EM-4 PERIKANAN PADA USAHA PEMBESARAN LELE




EM-4 PERIKANAN merupakan kultur mikroorgamisme yang menguntungkan, bermanfaat untuk meningkatkan kualitas air tambak dan meningkatkan produksi udang dan yang dapat di aplikasikan pada budidaya ikan lele, beberapa kali proses budidaya menggunakan kolam terpal saya selalu menggunakan EM-4 ini yaitu kurang lebih 2 minggu sebelum benih lele ditebar dengan dosis 1 tutup botol/m2, dan ditebarkan rutin setiap 2 minggu sekali sebanyak 1 tutup botol per 2 m2, penggunaan EM-4 terbukit mampu menjaga daya tahan tubuh lele, meningkatkan nafsu makan , menjaga kolam agar tidak berbau, memfermentasikan sisa pakan, kotoran yang terdapat di dasar kolam, juga menguraikan gas amoniak, methan dan hydrogen sulfide yang dapat mengganggu ikan. EM 4 juga mampu meningkatkan oksigen terlarut (DO) sehingga air menjadi bersih dan tidak diperlukan penggantian berulang-ulang karena kualitas air tetap terjaga serta aman bagi lingkungan.
 
Untuk mendongkrak produksi ikan lele, syaratnya air harus bagus dan terhindar dari pencemaran. Sementara mengatasi pencemaran air sendiri kuncinya hanya dengan teknologi EM 4. Kemerosotan kualitas air yang disebabkan limbah merupakan masalah utama yang sering dihadapi para peternak. Limbah-limbah tersebut akan menimbulakan gas-gas beracun yang menyebabkan terjangkitnya penyakit ikan karena mengalami setress. Limbah tersebut juga mengakibatkan produksi akan merosot dan menimbulkan kematian.

Sekilas tentang Teknologi EM 4

Produk EM-4 Perikanan dan Tambak merupakan kultur EM dalam medium cair berwarna coklat kekuning-kuningan yang menguntungkan, berrguna untuk meningkatkan bakteri pengurai bahan organic, menekan pertumbuhan bakteri pathogen, menstimulasi enzim pencernaan dan meningkatkan kualitas air pada tambak.

Teknologi EM 4 Perikanan dan Tambak Kemasan 1 Liter

  • Manfaat EM-4 Perikanan dan Tambak
  • Meningkatkan pertahanan tubuh ikan/udang SR
  • Meningkatkan pertumbuhan dan size ikan/udang GR
  • Meningkatkan imunostimulan / daya tahan ikan/udang
  •  Meningkatkan daya tahan tubuh ikan/udang sehingga mengurangi pengunaan Antibiotik.
  • Efisiensi energi dan pengelolaan kualitas air
  • Memfermentasi sisa pakan, kotoran, cangkang udang di dasar tambak
  • Meningkatkan oksigen terlarut (DO) dan air menjadi bersih sehingga tidak diperlukan penggantian air berulang-ulang.
  • Menguraikan gas-gas amoniak, metan dan hydrogen sulfide.
  • Mempertahankan kualitas linkungan
  • Aman dan Ramah lingkungan.


Cara Membuat EM-4 Sendiri

Berikut ini cara pembuatan EM yang sudah banyak dilakukan masyarakat, dengan menggunakan bahan-bahan yang mudah di dapat.


1. Bahan dan alat

  • Susu sapi murni dua liter
  • Isi perut (lambung) kambing atau sapi secukupnya.
  • Gula pasir 1 kg/tetes tebu
  • Bekatul 1 kg
  •  Nanas 1 buah
  • Terasi ½ kg
  • Air bersih 10 liter
  • Panci
  • Parutan atau blender
  • Kompor


2. Cara Membuat

  • Haluskan buah nanas dengan menggunakan blender/parutan. Campurkan dengan gula pasir, bekatul, terasi dan air bersih di dalam panci. Masak sampai mendidih, lalu dinginkan.
  • Tambahkan susu sapi murni dan isi lambung kambing atau sapi, aduk hingga tercampur rata.
  • Tutup panci rapat-rapat hingga 12 jam atau satu hari.
  • Membuat EM4 dengan bahan Tumbuhan
  • Mungkin sUdah ada yg tahu bahwa membuat EM4 dengan bahan usus hewan menimbulkan bau busuk yang kurang sedap, oleh karena itu, disini dituliskan cara membuat mikroba komposter EM4 dengan bahan2 tumbuhan yang tidak terlalu berbau busuk.

  • Bahan-bahan
  • Sampah sayur, terutama kacang-kacangan
  • Kulit buah-buahan (papaya, pisang, rambutan, mangga, dsb.)
  • Bekatul, secukupnya
  • Gula merah, sedikit saja
  • Air beras, secukupnya


Cara membuat:

  • Sampah sayur, kulit buah-buahan dan bekatul dicampurkan. Tempatkan misalnya di dalam sebuah ember atau penampung yang lain. Tutup. Sambil kadang-kadang diaduk, biarkan selama satu minggu sampai membusuk sehingga menjadi EM1. EM singkatan dari Effective Microorganism, yaitu jasad renik "ganas" yang akan mempercepat proses pengomposan. Ditengarai dengan angka 1 karena inilah cairan mikroorganisme yang terbentuk setelah mengalami dekomposisi selama satu minggu.
  • Cairan EM1 dicampur dengan sampah sayur dan kulit buah-buahan. Kemudian didiamkan lagi selama satu minggu. Cairan baru yang terbentuk disebut dengan EM2.
  • Cairan EM2 dicampurkan dengan bekatul, gula merah dan air beras. Dan didiamkan lagi selama satu minggu sehingga menjadi EM3.
  • Diamkan lagi selama satu minggu tanpa menambahkan apa-apa. Cairan itu telah menjadi EM4.



Membuat EM4 dengan Mudah

Sebagai starter mikroorganisme pada proses dekomposer EM4 menjadi begitu penting dalam dunia pertanian organik. Jika kita harus membeli EM4 tersebut harganya lumayan mahal, padahal ada berbagai cara untuk membuat EM4 sendiri dengan harga bahan baku yang sangat murah. Salah satu caranya adalah sebagai berikut:
BAHAN:
1.    Pepaya matang atau kulitnya 0,5 kg
2.    Pisang matang atau kulitnya 0,5 kg
3.    Nanas matang atau kulitnya 0,5 kg
4.    Kacang panjang segar 0,25 kg
5.    Kangkung air segar 0,25 kg
6.    Batang pisang muda bagian dalam 1,5 kg
7.    Gula pasir 1 kg
8.    Air tuak dari nira 0,5 liter

CARA PEMBUATAN:

  •  Pepaya, pisang, nanas, kacang panjang, kangkung dan batang pisang muda dihancurkan hingga ukuran menjadi agak halus. Buah harus yang sudah matang atau dapat juga digunakan kulit buah yang tidak dimakan.
  • Setelah dihancurkan, campuran bahan tersebut dimasukkan dalam ember.
  • Campurkan gula pasir dan tuak dalam ember tadi dan aduk hingga rata.
  • Wadah ditutup rapat dan disimpan selama 7 hari
  • Setelah 7 hari larutan yang dihasilkan dikumpulkan secara bertahap setiap hari hingga habis.
  • Larutan tersebut disaring dan dimasukkan kedalam wadah yang tertutup rapat. Larutan tersebut adalah EM4 yang siap digunakan dan dapat bertahan hingga 6 bulan
  • Ampas dari hasil penyaringan larutan bisa digunakan sebagai pupuk kompos.



CARA MEMPERBANYAK EM 4

Untuk menghemat penggunaan EM 4 terutama bagi pembudidaya ikan lele skala besar, beberapa pembudidaya ikan lele memilih untuk memperbanyak penggunaan EM 4 mereka, sehingga dengan usaha memperbanyak ini dapat ditemukan perbandingan dimana 1 liter EM 4 dapat menghasilkan sekitar 70 liter EM 4 fermentasi. Adapun cara memperbanyak EM 4 ini adalah:

Resep 1

Alat dan Bahan  :
  • Em 4 = 1 liter
  • Air gula merah = ½ kg + 1 liter air
  • Sari buah nenas (4 buah) + 38 liter
  • Jerigen isi 40 liter


Campur semua dalam wadah jeregen, lalu tutup rapat selama seminggu, dan siap pakai.

Resep 2
Alat dan Bahan  :

1.       3 liter cairan EM 4 ( 3 botol @ 1 liter)
2.       Drum plastic 200 liter
3.       500 gr gula merah / putih
4.       180 liter air
5.       0,5 kg terasi yang sudah dicairkan dengan air secukupnya 

Resep 3
Alat dan Bahan
1.       Tetes tebu 3 liter
2.       Em-4 2 liter
3.       Air 95 liter
4.       Kantung plastic / drum (ada tutup)
5.       Tali

Cara Pembuatan :
1.       Dicampur air, tetes tebu dan em-4
2.       Diikat atau ditutup
3.       Dibiarkan selama kurang lebih 2 minggu.

Sumber :

Rabu, 08 Mei 2019

MENGENAL ALAT TANGKAP BUBU


A.         Pendahuluan
Bubu adalah alat tangkap ikan tradisiional yang umum dikenal dikalangan nelayan, yang berupa jebakan/perangkap , dan bersifat pasif. Bubu sering juga disebut perangkap “ traps “ dan penghadang “guiding barriers”. Alat ini berbentuk kurungan seperti ruangan tertutup sehingga ikan tidak dapat keluar. Bubu merupakan alat tangkap pasif, tradisional yang berupa perangkap ikan tersebut dari bahan, rotan, kawat, besi, jaring, kayu dan plastik yang dijalin sedemikian rupa sehingga ikan yang masuk tidak dapat keluar. Prinsip dasar dari bubu adalah menjebak penglihatan ikan sehingga ikan tersebut terperangkap di dalamnya, alat ini sering diberi nama ftshing pots atau fishing basket.(Brandt, 1984). Untuk menjebak ikan masuk ke dalam bubu terkadang di dalam bubu ditaruh umpan untuk menarik ikan masuk.
Bubu Bentuk Torpedo

Bubu adalah perangkap yang mempunyai satu atau dua pintu masuk dan dapat diangkat ke beberapa daerah penangkapan dengan mudah, dengan atau tanpa perahu (Rumajar, 2002). Menurut Martasuganda, (2005)Teknologi penangkapan menggunakan bubu banyak dilakukan di negara­negara yang menengah maupun maju. Untuk skala kecil dan menengah banyak dilakukan di perairan pantai, hampir seluruh negara yang masih belum maju perikanannya, sedangkan untuk negara dengan sistem perikanan yang maju pengoperasiannya dilakukan dilepas pantai yang ditujukan untuk menangkap ikan-ikan dasar, kepiting, udang yang kedalamannya 20 m sampai dengan 700 m. Bubu skala kecil ditujukan untuk menagkap kepiting, udang, keong, dan ikan dasar di perairan yang tidak begitu dalam.

Bubu yang umum digunakan nelayan

Subani dan Barus (1989), menyatakan bahwa Bentuk dari bubu bermacam-macam yaitu bubu berbentuk lipat, sangkar (cages), silinder (cylindrical), gendang, segitiga memanjakan (kubus), atau segi banyak, bulat setengah lingkaran dan lain-lainnya. Secara garis besar bubu terdiri dari badan (body), mulut (funnel) atau ijeb dan pintu. Badan bubu berupa rongga, tempat dimana ikan-ikan terkurung. Mulut bubu (funnel) berbentuk corong, merupakan pintu dimana ikan dapat masuk tapi tidak dapat keluar dan pintu bubu merupakan bagaian tempat pengambilan hasil tangkapan.

Bentuk bubu
Di Perairan sungai bubu seperti diatas umumnya digunakan nelayan untuk menangkap udang galah, ikan gabus, lele dan beberapa jenis ikan rawa lainnya. Sebenarnya, berdasarkan dari bentuk bubu dapat dibedakan menjadi bubu bentuk silender, kotak, segi tiga dan lainnya namun dari semua itu fungsi bubu tetap sama yakni sebagai alat tangkap pasif sebagai perangkap (traps).



B.         Daerah Pengoprasian Bubu
Di perairan umum  bubu dapat di operasikan di danau, waduk, rawa dan sungai.
  1. Didanau dan waduk pengoperasian bubu diletakkan didasar perairan untuk menangkap ikan dan jenis udang.
  2. Di rawa pengoperasian bubu diletakan dengan ujung sedikit naik dipermukaan. Jenis tankapan berupa ikan gabus, betok, lele dan ikan sepat.
  3. Di Sungai, sistem pengoperasiannya kurang lebih sama dengan di danau. Bubu diletakan didasar sungai, bubu di kasih upat berupa jeroan atau kelapa bakar. Target tangkapan utama disungai biasanya adalah udang galah.
  4. Dperairan pantai, alat tangkap bubu diperairan pantai atau laut berupa bubu keong macan.bubu keong macan terbuat dari bambu berbentuk persegi. dioperasikan hingga kedalaman 20 m. hasil tangkapan berupa keong macan
Brandt (1984), mengklasifikasi bubu menjadi beberapa jenis, yaitu :

1.        Berdasarkan sifatnya sebagai tempat bersembunyi / berlindung :
a. Perangkap menyerupai sisir (brush trap)
b. Perangkap bentuk pipa (eel tubes)
c. Perangkap cumi-cumi berbentuk pots (octoaupuspots)


2.        Berdasarkan sifatnya sebagai penghalang
a. Perangkap yang terdapat dinding / bendungan
b. Perangkap dengan pagar-pagar (fences)
c. Perangkap dengan jeruji (grating)
d. Ruangan yang dapat terlihat ketika ikan masuk (watched chambers)


3.        Berdasarkan sifatnya sebagai penutup mekanis bila tersentuh
a. Perangkap kotak (box trap)
b. Perangkap dengan lengkungan batang (bend rod trap)
c. Perangkap bertegangan (torsion trap)


4.        Berdasarkan dari bahan pembuatnya
a. Perangkap dari bahan alam (genuine tubular traps)
b. Perangkap dari alam (smooth tubular)
c. Perangkap kerangka berduri (throrrea line trap)


5.        Berdasarkan ukuran, tiga dimensi dan dilengkapi dengan penghalang
a. Perangkap bentuk jambangan bunga (pots)
b. Perangkap bentuk kerucut (conice)
c. Perangkap berangka besi


Brandt (1984), mengklasifikasi bubu menjadi beberapa jenis, yaitu :

1.        Berdasarkan sifatnya sebagai tempat bersembunyi / berlindung :
a. Perangkap menyerupai sisir (brush trap)
b. Perangkap bentuk pipa (eel tubes)
c. Perangkap cumi-cumi berbentuk pots (octoaupuspots)


2.        Berdasarkan sifatnya sebagai penghalang
a. Perangkap yang terdapat dinding / bendungan
b. Perangkap dengan pagar-pagar (fences)
c. Perangkap dengan jeruji (grating)
d. Ruangan yang dapat terlihat ketika ikan masuk (watched chambers)


3.        Berdasarkan sifatnya sebagai penutup mekanis bila tersentuh
a. Perangkap kotak (box trap)
b. Perangkap dengan lengkungan batang (bend rod trap)
c. Perangkap bertegangan (torsion trap)


4.        Berdasarkan dari bahan pembuatnya
a. Perangkap dari bahan alam (genuine tubular traps)
b. Perangkap dari alam (smooth tubular)
c. Perangkap kerangka berduri (throrrea line trap)


5.        Berdasarkan ukuran, tiga dimensi dan dilengkapi dengan penghalang
a. Perangkap bentuk jambangan bunga (pots)
b. Perangkap bentuk kerucut (conice)
c. Perangkap berangka besi


 C. Konstruksi Bubu yaitu :

      a. Badan (body): Berupa rongga, tempat dimana ikan-ikan terkurung. 
      b. Mulut (funnel): Berbentuk seperti corong, merupakan pintu dimana ikan dapat masuk tidak dapat keluar. 
      c.  Pintu: Bagian tempat pengambilan hasil tangkapan


D. Jenis - Jenis Bubu Berdasar Posisi Pemasangannya:


1.      Bubu Dasar (Ground Fish Pots).: Bubu yang daerah operasionalnya berada di dasar perairan.
2.     Bubu Apung (Floating Fish Pots): Bubu yang dalam operasional penangkapannya diapungkan.

3.     Bubu Hanyut (Drifting Fish Pots) : Bubu yang dalam operasional penangkapannya dihanyutkan. 


Sumber :




Jumani, Muhammad. http://www.mjumani.net/2012/11/lukah-alat-tangkap-ikan-tradisional.html#_

Unknown. 2016. Definsi, Pengoprasian, Konstruksi, Hasil Tangkapan Alat Tangkap Bubu di https://damnloveit.blogspot.com/2016/02/alat-tangkap-bubu.html