Kamis, 21 Maret 2019

Teknik Pendinginan Ikan


PENDAHULUAN
Berbagai usaha yang dapat dilakukan untuk menjaga kualitas ikan agar tidak membusuk salah satunya dengan cara melakukan pendinginan terhadap ikan tesebut. Proses pendinginan ikan merupakan salah satu proses yang umum digunakan untuk mengatasi masalah pembusukan ikan, baik selama penangkapan, pengangkutan maupun penyimpanan sementara sebelum diolah menjadi produk lain. Dengan mendinginkan ikan sampai sekitar 0°C kita dapat memperpanjang masa kesegaran (daya simpan, shelf-life) ikan sampai 12-18 hari sejak saat ikan ditangkap dan mati, tergantung pada jenis ikan dan cara penanganan. 

Kelebihan cara pendinginan adalah sifat asli ikan masih dapat dipertahankan. Ikan dengan sifat asli (tekstur, rasa, bau, dsb) terutama jenis-jenis ikan tuna, tenggiri, bawal, kakap dan lemuru, dsb dapat dipasarkan dengan harga yang cukup tinggi. Selain itu pendinginan adalah cara yang murah, cepat, dan efektif.

Efisiensi pendinginan sangat bergantung pada tingkat kesegaran ikan sesaat sebelum didinginkan. Pendinginan dapat dilakukan dengan salah satu atau kombinasi dari cara-cara berikut :

1. Pendinginan dengan es
2. Pendinginan dengan es kering
3. Pendinginan dengan air dingin
4. Pendinginan dengan udara dingin

Bentuk es ada lima kelompok yaitu:

a)   Es balok (block ice), berupa balok berukuran 12-60 kg per balok. Sebelum dipakai, es balok harus dipecahkan.

b)   Es tabung ( tube ice), berupa tabung kecil-kecil yang siap pakai

c)   Es keping tebal (plate ice), berupa lempengan besar dan tebal (8-15 mm), kemudian dipecahkan menjadi potongan kecil (diameter 5 cm)

d)  Es keping tipis (flake ice), berupa lempengan tipis (5 mm, diameter 3 cm), merupakan hasil pengerukan dari lapisan es yang terbentuk di atas permukaan pembeku yang berbentuk silinder.

e)   Es halus (slush ice), berupa butiran yang sangat halus (diameter 2 mm) dan lembek, umumnya berair.

Cara pendinginan dengan es batu ada 2, yaitu:

a.    Tumpukan, es batu ditebarkan ke dasar wadah peyimpanan ikan hingga membentuk lapisan es setebal 5 cm. Kemudian ikan dicampurkan ke dalam wadah tersebut. Pada lapisan ikan yang paling atas ditutupi dengan hancuran es setebal 7 cm, lalu wadah ditutup agar tidak terjadi kontak dengan udara disekitarnya.

b.   Berlapis, es batu ditebarkan di dasar wadah penyimpanan hingga membentuk lapisan stebal 5 cm. Selanjutnya di atas lapisan es batu tersebut disusun ikan secara teratur dengan bagian perut menghadap ke bawah agar cairan es batu yang meleleh tidak tergenang di bagian perut ikan. Pada bagian atas ditaburkan kembali es batu sehingga membentuk lapisan setebal 7 cm, selanjutnya wadah ditutup agar tidak terjadi kontak dengan udara luar.

 ikan didinginkan dengan es
Cara penyusunan ikan ada 3 sebagai berikut :

1. Bulking
Bulking diartikan bahwa ikan dan es disusun selapis demi selapis dalam sebuah wadah. Dasar wadah diberi lapisan es setebal 5 cm. Tebal antara lapisan ikan dan lapisan es sebaiknya sama dan usahakan agar setiap tubuh ikan terbungkus oleh es sehingga lebih cepat dingin. Bila jumlah ikan yang didinginkan sangat banyak sebaiknya wadah dilengkapi dengan sekat hidup (sekat yang mudah dibongkar pasang) terbuat dari kayu. Pada setiap dasar sekat sebaiknya diberi lapisan plastik agar cairan es batu tidak jatuh ke lapisan ikan di bawahya tetapi mengalir ke dasar melalui sisi wadah.

2. Shelfing
Prinsip kerja ini sama dengan bulking yang dilengkapi dengan sekat hidup. Jarak antar sekat sekitar 20 cm dan setiap sekat hanya menampung 1 lapis ikan. Cara ini hanya digunakan untuk ikan berukuran besar karena dianggap menghabiskan banyak waktu,tenaga, dan tempat. Namu mutu ikan dapat lebih baik karena kehilangan berat akibat tekanan lebih sedikit jika dibandingkan dengan cara bulking.

3. Boxing
Penyusunan ikanmenggunakan kotak atau boks yang terbuat dari kayu, aluminium, atau plastik. Ikan disusun di dalam kotak kemudian dicampur dengan es batu secukupnya. Keuntungan cara ini jika dibandingkan dengan dua cara penyusunan ikan lain yaitu ikan tidak banyak mengalami luka, tingkat kesegaran ikan tidak banyak mengalami perubahan, penyususnan dan pembongkaran ikan dari dalam kotak dapat dilakukan dengan lebih mudah dan cepat.



REFERENSI:
Afrianto, E. dan Evi Liviawati. 1991. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 123 hal.
Burgess, G.H.O., C.L. Cutting, J.A. Lovern dan J.J. Waterman. 1965. Fish Handling and Processing. Her majesty’s Stationary Office. Edinburg. 390 hal.
Djariah AS. 1995. Ikan Asin. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 56 hal.
Murniyati AS dan Sunarman. 2000. Pendinginan, Pembekuan dan Pengawetan Ikan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 220 hal.
Nitibaskara, R. 1981. Laporan Studi Pengembangan Industri Kecil Pengolahan Ikan. Laporan Fakultas Perikanan IPB. Bogor. 98 hal.
Purwaningsih S. 2000. Teknologi Pembekuan Udang. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. 73 hal.
Rahardi F, Regina Kristiawati dan Nazaruddin. 2001. Agribisnis Perikanan. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. 63 hal.
Soekarto, S.T. 1990. Dasar-dasar Pengawasan dan Standarisasi Mutu Pangan. Penerbit IPB Press.  Bogor. 357 hal.
Zaitsev, V., I. Kizevetter, L. Lagunov, T. Makarova, L. Munder dan V. Podsevalow. 1969 Fish Curing and Processing. Terjemahan A. De Marindol. M.R. Publisher, Moskow.










Selasa, 19 Maret 2019

Menjaga Kualitas Air



1.        Pendahuluan

Media budidaya ikan merupakan suatu tempat bagi ikan untuk tumbuh dan berkembang yaitu air. Air yang dapat digunanakan untuk kegiatan budidaya ikan harus mempunyai standar kuantitas dan kualitas yang sesuai dengan persyaratan hidup ikan.  Air yang dapat digunakan sebagai media hidup harus dipelajari agar ikan sebagai organisme air dapat dibudidayakan sesuai kebutuhan manusia sebagai sumber bahan pangan yang bergizi dan relatif harganya murah. Air yang memiliki kreteria untuk budidaya ikan yang baik memiliki tumbuhan tingkat rendah dan flankton sebagai indikator paling mudah bahwa air tersebut dapat untuk digunakan sebagai media budidaya ikan.
Hal ini dikarenakan organisme ini merupakan produsen primer  sebagai pendukung kesuburan perairan. Oleh karena itu kita harus mampu menyiapkan kondisi perairan yang baik, terutama untuk  tumbuhan tingkat rendah dalam proses asimilasi sebagai sumber makanan ikan. Secara umum air sebagai lingkungan hidup memiliki sifat fisik, kimia, dan biologi.  Agar dapat melakukan pengelolaan kualitas air dalam budidaya ikan maka harus difahami ketiga parameter kualitas air tersebut. Karena parameter tersebut sangat mempengaruhi keberhasilan budidaya ikan.

2.      Parameter Kualitas Air
a.    Sifat Fisik
a.1. Kepadatan (density/berat jenis)
Pada suhu 4oC  air murni mempunyai kepadatan yang maksimum yaitu 1 (satu). Sehingga kalau suhu air naik, lebih tinggi dari 40C berat jenisnya akan turun, demikian juga sebaliknya. Dengan adanya perbedaan berat jenis air antara permukaan dan dasar perairan akan memudahkan perpindahan massa air, keuntungan dengan adanya gerakan air ini  dapat mendistribusikan berbagai zat keseluruh perairan. Sedangkan kerugiannya adalah sering terjadinya aliran air vertikal yang membawa zat racun dari dasar menuju permukaan air.
a.2. Kekentalan (Viscosity)
Pada suhu 0oC kekentalan air murni memiliki nilai yang terbesar, makin naik suhunya makin berkurang kekentalannya. Kekentalan ini berpengaruh terhadap
pengendapan jasad renik (plankton), zat-zat yang melayang di dalam air.

a.3. Tegangan permukaan

dengan adanya tegangan permukaan, maka binatang dan tumbuhan yang ringan seperti kimbung akar dapat berjalan diatas permukaan, ada juga plankton yang menggantung dibawah permukaan air.

a.4. Suhu Air

Air relatif tidak banyak mengalami fluktuasi suhu dibandingkan dengan udara. Hal ini disebabkan panas jenis air lebih tinggi dari udara. Organisme air memerlukan suhu yang relatif stabil. Agar fluktuasi air suatu perairan rendah  maka perlu adanya penyebaran suhu.

a.5. Kecerahan dan kekeruhan air

Kecerahan air disuatu perairan dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari  yang masuk kedalam air. Sedangkan kekeruhan dipengaruhi oleh zat yang tersuspensi pada suatu perairan seperti lumpur, jasad renik dan pengaruh warna air. Air yang keruh dapat meyebabkan rendahnya daya ikat oksigen, berkurangnya batas pandangan ikan, berkurangnya selera makan ikan, dan ikan sulit bernafas.

a.6. Salinitas

Salinitas adalah total konsentrasi ion yang terdapat dalam perairan ( kadar garam dalam perairan). Salinitas untuk perairan tawar berkisar antara 0-5 ppt.

a.         Sifat Kimia
b.1. Oksigen, keberadaan oksigen sangat berpengaruh terhdap kelangsungan ikan dan biota perairan lainnya. Kekurangan oksigen menyebabkan ikan menjadi lesu dan susah makan.
a.2. Kekentalan (Viscosity)
Pada suhu 0oC kekentalan air murni memiliki nilai yang terbesar, makin naik suhunya makin berkurang kekentalannya. Kekentalan ini berpengaruh terhadap
pengendapan jasad renik (plankton), zat-zat yang melayang di dalam air.

a.3. Tegangan permukaan

dengan adanya tegangan permukaan, maka binatang dan tumbuhan yang ringan seperti kimbung akar dapat berjalan diatas permukaan, ada juga plankton yang menggantung dibawah permukaan air.

a.4. Suhu Air

Air relatif tidak banyak mengalami fluktuasi suhu dibandingkan dengan udara. Hal ini disebabkan panas jenis air lebih tinggi dari udara. Organisme air memerlukan suhu yang relatif stabil. Agar fluktuasi air suatu perairan rendah  maka perlu adanya penyebaran suhu.

a.5. Kecerahan dan kekeruhan air

Kecerahan air disuatu perairan dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari  yang masuk kedalam air. Sedangkan kekeruhan dipengaruhi oleh zat yang tersuspensi pada suatu perairan seperti lumpur, jasad renik dan pengaruh warna air. Air yang keruh dapat meyebabkan rendahnya daya ikat oksigen, berkurangnya batas pandangan ikan, berkurangnya selera makan ikan, dan ikan sulit bernafas.

a.6. Salinitas

Salinitas adalah total konsentrasi ion yang terdapat dalam perairan ( kadar garam dalam perairan). Salinitas untuk perairan tawar berkisar antara 0-5 ppt.

a.         Sifat Kimia
b.1. Oksigen, keberadaan oksigen sangat berpengaruh terhdap kelangsungan ikan dan biota perairan lainnya. Kekurangan oksigen menyebabkan ikan menjadi lesu dan susah makan.



b.2. Selain Oksigen CO2, pH, dan Kesadahan juga berpengaruh terhadap kualitas air

a.         Sifat Biologi
Sifat biologi air dipengaruhi oleh  flankton dan fitoflankton serta jasad renik yang hidup diperairan.


1.        Cara Sederhana Untuk Menjaga Kualitas Air Kolam

Menjaga kualitas air bisa dengan cara melakukan fermentasi air kolam.  Untuk fermentasi bahan yang diperlukan : Kotoran sapi 1kg/m2; Probiotik dengan dosis 10 ml/m2 dan air secukupnya.
Langkah-langkahnya sebagai berikut :
a.       Isi kolam terlebih dahulu dengan menggunakan air yang akan dilakukan proses fermentasi.
b.      Campurkan kotoran sapi dan probiotik aduk secara merata.
c.       Tuangkan campuran bahan fermentasi kedalam kolam secara merata.
d.      Biarkan proses fermentasi selami seminggu.

Tanda-tanda kolam siap ditebar benih yaitu air terlihat bening kecoklatan dan terdapat banyak mikro organisme yang hidup seperti jentik-jentik, kutu air, cacing darah, plankton dan lain-lain.
Kualitas air kolam harus selalu dipantau dan dijaga agar pertumbuhan ikan bisa maksimal. Yang terpenting adalah menjaga suhu dan kadar oksigen. Suhu sangat berpengaruh terhadap kondisi nafsu makan ikan yang hidup didalamnya. Ketidak stabilan suhu akan menggangu nafsu makan ikan sehingga pakan yang telah diberikan banyak tidak termakan. Sisa-sisa pakan yang masih terdapat dalam air kolam lama-kelamaan akan membusuk dan menghasilkan senyawa beracun. Dengan adanya pembusukan ini bisa menyebabkan kadar oksigen menurun.
Jika air kolam kekurangan oksigen maka ikan-ikan menjadi lemas dan hilang nafsu makannya. Apalagi jika kepadatan ikannya tinggi. Untuk itu perlu menjaga kestabilan kualitas air kolam dengan cara menjaga kestabilan suhu air, memelihara ikan tidak terlalu padat, memberi pakan sesuai anjuran, menggati air secara berkala dan memberikan obat perangsang nafsu makan ikan.

Selain cara diatas, ada cara lain untuk menjaga kualitas air terutama pada kolam terpal yang melakukan budidaya ikan lele.  Dengan menggunakan bahan alami. Bahan yang digunakan yaitu daun pepaya 5 lembar, daun sirih 5 lembar, daun jewer kotok secukupnya dan air kencing kelinci 1 liter. Semua bahan dimasukkan kedalam wadah dan diisi air sebanyak 5 liter dan didiamkan selama 20 hari. Setelah 20 hari air ramuan tadi dapat diaplikasikan pada kolam dengan cara 1 gelas ramuan dicampur garam 3 sendok campur air 1 ember dan tebarkan pada kolam seluas 2x4 meter.


Sumber :

·         Manajemen Kualitas air. Defishery.wordpress.com.
·         Cara Menjaga Kualitas air kolam. Budidarma.com.
Supriatna adhya. Manfaartkan  daun dan kohe kambing serta urine kelinci untuk menjaga kualitas air. Supriyatnaadhya.wordprees.com.

Selasa, 12 Maret 2019

Mengenal Pakan Alami (Daphnia)

Daphnia sp. adalah jenis zooplankton yang hidup di air tawar, mendiami kolam-kolam atau danau-danau. Daphnia sp. dapat hidup di daerah tropis dan subtropis. Kehidupan Daphnia sp. dipengaruhi oleh beberapa faktor ekologi perairan antara lain: suhu, oksigen terlarut dan pH. Daphnia sp. dapat beradaptasi dengan baik pada perubahan lingkungan hidupnya dan termasuk dalam ketegori hewan eutitropik dan tahan terhadap fluktuasi suhu harian atau tahunan. Kisaran suhu yang dapat ditolerir bervariasi sesuai adaptasinya pada lingkungan tertentu.

Water Flea Greeting Card featuring the photograph Water Flea Daphnia Magna by Ted Kinsman
Gambar 1. Daphnia

Daphnia sp. dapat hidup dalam air yang kandungan oksigen terlarutnya sangat bervariasi yaitu dari hampir nol sampai lewat jenuh. Ketahanan Daphnia sp. pada perairan yang miskin oksigen mungkin disebabkan oleh kemampuannya dalam mensintesis haemoglobin. Dalam kenyataannya, laju pembentukan haemoglobin berhubungan dengan kandungan oksigen lingkungannya. Naiknya kandungan haemoglobin dalam darah Daphnia sp. dapat juga diakibatkan oleh naiknya temperatur, atau tingginya kepadatan populasi. Untuk dapat hidup dengan baik Daphnia sp. memerlukan oksigen terlarut yang cukup besar yaitu di atas 3,5 ppm.
Daphnia sp. hidup pada kisaran pH cukup besar, tetapi nilai Ph yang optimal untuk kehidupannya sukar ditentukan. Lingkungan perairan yang netral dan relatif basah yaitu pada pH 7,1 – 8,0 baik untuk pertumbuhannya. Pada kandungan amoniak antara 0,35 – 0,61 ppm, Daphnia sp. masih dapat hidup dan berkembangbiak dengan baik.
Di alam genus Daphnia mencapai lebih dari 20 spesies dan hidup pada berbagai jenis perairan tawar, terutama di daerah sub tropis. Daphnia sp. Sebagai hewan air, juga dikenal sebagai kutu air (= water fleas). Daphnia sp. dapat diklasifikasikan dalam:
Philum            : Arthropoda
Kelas               : Crustacea
Sub Klas          : Branchiopoda
Divisi               : Oligobranchiopoda
Ordo                : Cladocera
Famili              : Daphnidae
Genus             : Daphnia
Spesies            : Daphnia sp.

Bentuk tubuh Daphnia sp. lonjong dan segmen badan tidak terlihat. Pada bagian ventral kepala terdapat paruh. Kepala mempunyai lima pasang apendik, yang pertama disebut antenna pertama, kedua disebut antenna kedua yang mempunyai fungsi utama sebagai alat gerak. Tiga pasang yang terakhir adalah bagian-bagian dari mulut.
Tubuh ditutupi oleh cangkang dari kutikula yang mengandung khitin yang transparan, di bagian dorsal bersatu, tetapi dibagian ventral terbuka dan terdapat lima pasang kaki.
Ruang antara cangkang dan tubuh bagian dorsal merupakan tempat pengeraman telur. Pada ujung post abdomen terdapat dua kuku yang berduri kecil-kecil. Pada habitat aslinya, Daphnia sp. berkembangbiak secara parthenogenesis. Perbandingan jenis kelamin atau “sex ratio” pada Daphnidae menunjukkan keragaman dan tergantung pada kondisi lingkungannya. Pada lingkungan yang baik, hanya terbentuk individu betina tanpa individu jantan. Pada kondisi ini, telur dierami di dalam kantong pengeraman hingga menetas dan anak Daphnia sp. dikeluarkan pada waktu pergantian kulit. Didalam kondisi yang mulai memburuk, disamping individu betina dihasilkan individu jantan yang dapat mendominasi populasi dengan perbandingan 1 : 27. Dengan munculnya individu jantan, populasi yang bereproduksi secara seksual akan membentuk efipia atau “resting egg” disebut juga siste yang akan menetas jika kondisi perairan baik kembali. Terbentuknya telur-telur yang menghasilkan individu jantan dirangsang oleh : (a) Melimpahnya individu betina yang mengakibatkan akumulasi hasil ekspresi; (b) Berkurangnya makanan yang tersedia; (c) Menurunnya suhu air dari 25-30 menjadi 14-170C.
Kondisi-kondisi tersebut dapat mengubah metabolisme Daphnia sp. sehingga dapat mempengaruhi mekanisme kromosomnya. Di daerah tropis, Daphnia sp. yang didatangkan dari daerah subtropis seringkali juga membentuk efipia pada musim kemarau.
Daphnia sp. dewasa berukuran 2,5 mm anak pertama sebesar 0,8 mm dihasilkan secara parthenogenesis. Daphnia sp. mulai menghasilkan anak pertama kali pada umur 4-6 hari. Pada lingkungan yang bersuhu antara 22 – 310C pH antara 6,6 – 7,4 Daphnia sp. sudah menjadi dewasa dalam waktu empat hari dengan umur yang dapat dicapai hanya 12 hari.


Gambar 2. Siklus Hidup Dahnia

Setiap satu atau dua hari sekali, Daphnia sp. akan beranak 29 ekor. Jadi selama hidupnya hanya dapat beranak tujuh kali dengan jumlah yang dihasilkan 200 ekor.
Selama hidupnya Daphnia sp. mengalami empat periode yaitu telur, anak, remaja dan dewasa. Pertambahan ukuran terjadi sesaat setelah telur menetas didalam ruang pengeraman. Setelah dua kali instar pertama, anak Daphnia sp. yang bentuknya mirip Daphnia sp. dewasa dilepas dari ruang pengeraman. Jumlah instar pada stadium anak ini hanya dua sampai lima kali, tetapi tingkat pertumbuhan tertinggi terjadi pada stadium ini.
Periode remaja adalah instar tunggal antara instar anak terakhir dan instar dewasa pertama. Pada periode ini sekelompok telur pertama mencapai perkembangan penuh di dalam ovarium. Segera setelah Daphnia sp. ganti kulit pada akhir instar remaja memasuki instar dewasa pertama, sekelompok telur pertama dilepaskan ke ruang pengeraman.
Selama instar dewasa pertama, kelompok telur kedua berkembang di ovarium dan seterusnya. Namun adakalanya terdapat periode steril pada Daphnia sp. tua.
Pertambahan panjang dan bobot Daphnia sp. selama pertumbuhan cukup pesat, terutama setelah ganti kulit. Selama instar anak terjad pertumbuhan hampir dua kali lipat dibandingkan sebelum ganti kulit. Sedangkan pertambahan volume terjadi dalam beberapa detik atau menit sebelum eksoskeleton baru mengeras dan kehilangan elastisitasnya.
Pada akhir setiap instar Daphnia sp. dewasa terdapat peristiwa berurutan yang berlangsung cepat, biasanya terjadi dalam beberapa menit sampai beberapa jam, yaitu: (1) Lepasnya atau keluarnya anak dari ruang pengeraman; (2) Ganti kulit (molting); (3) Pertambahan ukuran; dan (4) Lepasnya sekelompok telur baru ke ruang pengeraman.


SUMBER:
Mokoginta I., 2003.  Modul Budidaya Daphnia - Budidaya Pakan Alami Air Tawar. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.
Delbare, D. and Dhert, P. 1996. Cladoecerans, Nematodes and Trocophara Larvae, p. 283 – 295. In Manual on The Production and Use of Live Food (P. Lavens and P. Sorgelos, eds). FAO Fisheries Technical Paper 361.
Sulasingkin, D. 2003. Pengaruh konsentrasi ragi yang berbeda terhadap pertumbuhan populasi Daphnia sp. Skripsi. FPIK. IPB.
Daniel Ginting, S.Pi, M.Pd. http://www.bpppbelawan.bpsdmkp.kkp.go.id/index.php/artikel/117-mengenaldaphnia-sp-lebih-jauh

Jumat, 08 Maret 2019

PEMILIHAN LOKASI BUDIDAYA IKAN


A.           Pendahuluan

Budidaya ikan merupakan salah satu sektor usaha yang cukup menjanjikan. Agar sukses dalam melakukan usaha disektor ini perlu dilakukan analiasi pemilihan lokasi budidaya yang tepat. Banyak faktor yang menentukan dalam pemlihan lokasi untuk usaha budidaya ikan, namun pada dasarnya dapat di kelompokkan menjadi dua, yaitu faktor teknis dan non teknis.

B.       Faktor Teknis dan Non Teknis Pemilihan Lokasi

1.     Faktor teknis

Faktor teknis adalah faktor-faktor yang secara langsung mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan terhadap kegiatan teknis budidaya ikan seperti sumber air, jenis tanah, limbah, dan kualitas air.

a.      Sumber air


Lokasi budidaya ikan sebaiknya dekat dengan sumber air yang kontinuitasnya terjamin sepanjang tahun seta debitnya cukup dan kualitas airnya sesuai dengan persyaratan ikan yang akan dibudidayakan, namun bebas dari pengaruh banjir. Sumber air ini bisa berasal dari sungai, mata air, saluran irigasi, sumur atau waduk.

b.     Jenis tanah 


Tanah dipilih yang tidak porus yaitu tanah liat atau lempung, sehingga kehilangan air karena  filtrasi, rembesan dapat dihindari seminimal mungkin.

c.      Jauh dari pembuangan limbah

Karena ikan sangat peka sekali terhadap lingkungan dan hidupnya tergantung sekali dengan kualitas air, maka hindarilah pemilihan loasi yang sumber airnya tercemar, baik ituh oleh limbah pabrik atau limbah rumah tangga, karena bias megakibatkan kematian pada ikan.


d.     Kualitas air

Sumber air untuk budidaya ikan harus memenuhi persyaratan kualitas air yang sesuai, baik secara biologis, fisika maupun kimia. Yaitu air harus jernih tapi kaya akan pakan alami, tidak mengandung bahan-bahan yang beracung serta suhu, pH sesui dengan jenis ikan yang dibudidayakan.



2.     Faktor non teknis

Faktor non teknis adalah factor-factor yang tidak berpengaruh secara lagsung terhadap untung ruginya usaha dalam budidaya ikan, factor-factor tersebut di antaranya jauh dekatnya dengan lokasi pemasaran, sarana trasportasi, mudah tidaknya mendapatkan tenaga kerja, keamanan dan kemudahan memperoleh sarana produk serta kesesuaian dengan lingkungan sosial budidaya setempat.


a.      Dekat dengan lokasi pemasaran


Jauh dekatnya lokasi budidaya dengan tempat pemasaran ini penting di perhatikan karena erat kaitannya dengan biaya yang dikeluarkan untuk pengangkutan, yang akan berakibat pula pada harga jual ikan yang di prokduksi dan pada akhirnya berakibat pula pada kemampuan bersaingan di pasaran.


b.     Dekat dengan sarana trasportasi

Agar hasil ikan yang dibudidayakan mudah cepat dipasarkan, harus di perhatikan juga sarana trasportasi baik jalan maupun alat angkutnya, hal ini pula berkaitan dengan prinsip ekonomi seperti halnya jauh dekatnya lokasi pemasaran dengan lokasi budidaya ikan ditambah dengan system pengepakan dan system pengangkutan yang harus di gunakan.


c.      Mudah mendapatkan tenaga kerja

Kemudaha dalam mendapatkan tenaga kerja pun harus di perhatikan, terutama dalam mendapatkan tenaga kerja yang professional dalam menangani ikan serta upah tenaga kerja yang murah,agar biaya produksi yang  dikeluwarkan dapat di tekan seminimal mungkin.


d.     Keamanan terjamin, 

yang dimaksud di sini adalah keamanan yang dapat menggaggu kelancaran teknis budidaya seperi gangguan hama, gangguan dari orang atau kemungkinan terjadi bencana alam.


e.      Mudah memperoleh sarana produksi

Agar kegiatan produksi dapat di tekan seminimal mungkin, maka memilih lokasi usaha harus mempertimbangkan dalam  kemudahan memperoleh sarana produksi baik bibit atau benih, pakan, obat-obatan,peralatan dan lain-lain.

f.       Lingkungan sosial budaya yang mendukung,  

mungkin untuk hal-hal tertentu perlu dipertimbangkan, misalnya sesuainya komoditas yang akan di budidayakan dengan lingkungan sosial budaya dan agama. Apakah tidak bertentangan dengan sosial budaya dan agama di daerah yang dipilih.



SUMBER:
http://novajessica.blogspot.co.id/2011/10/pemilihan-lokasi-budidaya-ikan.html

Selasa, 05 Maret 2019

Manajemen Bisnis Perikanan


A.       Pengertian dan Fungsi Manajemen
Secara umum, manajemen merupakan cara mengatur satu atau beberapa faktor yang menunjang jalannya usaha untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam kehidupan sehari-hari, manajemen sangat diperlukan agar tidak terjadi benturan antara masing-masing faktor yang menyebabkan tujuan tidak tercapai.
Adapun fungsi-fungsi manajemen yang terdapat dalam sebuah usaha perikanan, antara lain sebagai berikut :
  1. Perencanaan
Perencanaan adalah proses yang mendefinisikan tujuan dari organisasi, membuat strategi digunakan untuk mencapai tujuan dari organisasi, serta mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses-peroses yang penting dari semua fungsi manajemen sebab tanpa perencanaan  (planning) fungsi pengorganisasian, pengontrolan maupun pengarahan tidak akan dapat berjalan.
Rencana (planning) dapat berupa rencana informal ataupun rencana formal. Rencana informal adalah rencana-rencana yang tak tertulis dan bukan merupakan dari tujuan bersama anggota organisasi. Sedangkan definisi dari rencana formal adalah rencana yang tertulis yang harus dilaksanakan oleh organisasi dalam jangka waktu tertentu.
Rencana formal adalah rencana bersama anggota-anggota korporasi, artinya setiap anggota harus mengetahui serta menjalankan rencana tersebut. Rencana formal dibuat sbagai untuk mengurangi ambiguitas & menciptakan kesepahaman mengenai apa yang harus dilakukan.

Fungsi ini merupakan tindakan untuk sasaran dan arah yang akan dicapai. Dalam perencanaan dituntut kemampuan untuk meramalkan, mewujudkan, dan melihat kedepan dengan landasan tujuan tertentu.


  1. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah merupakan fungsi kedua dalam Manajemen dan pengorganisasian didefinisikan sebagai proses kegiatan penyusunan struktur organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan, sumber-sumber, dan lingkungannya. Dengan demikian hasil pengorganisasian adalah struktur organisasi.
Pengorganisasian (Organizing) adalah suatu langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan yang di pandang. Seperti bentuk fisik yang tepat bagi suatu ruangan kerja administrasi, ruangan laboratorium, serta penetapan tugas dan wewenang seseorang pendelegasian wewenang dan seterusnya dalam rangka untuk mencapai tujuan.
Struktur Organisasi dapat didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal organisasi diolah. Struktur organisasi terdiri atas unsur spesialisasi kerja, standarisasi, koordinasi, sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan ukuran satuan kerja.


Pengertian Pengorganisasian dan Prinsip Pengorganisasian
Fungsi ini merupakan tindakan mengatur dan membagi-bagi bidang pekerjaan antara kelompok yang ada.
  1. Penggerakan
Merupakan tindakan untuk merangsang anggota agar melaksanakan tugas yang telah direncanakan
  1. Pengawasan
Fungsi ini merupakan tindakan untuk mengawasi aktivitas yang terkait agar dapat berjalan sesuai rencana.
Agar manajemen dapat mencapai tujuan, diperlukan sarana-sarana pendukung. Sarana pendukung tersebut terdiri dari manusia. uang, bahan,  alat, dan pasar. Tanpa adanya sarana-sarana tersebut, manajemen tidak akan mencapai tujuan ataupun fungsinya.

B.       Aspek-aspek yang memerlukan manajemen
Dalam bisnis perikanan, ada beberapa aspek utama yang sangat memerlukan manajemen. Aspek utama yang penting diperhatikan dan memerlukan manajemen yang tepat antara lain sebagai berikut :
  1. Aspek Produksi
Dalam aspek produksi, kegiatan manajemen diterapkan pada proses produksi. Manajemen produksi mencakup perencanaan produksi dan pengendalian proses produksi. Selama proses produksi berlangsung, kegiatan manajemen diperlukan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan persiapan dan proses produksi, baik jangka pendek, menengah, atau panjang. Dengan demikian diharapkan pengusaha dapat berproduksi lebih efisien. Dengan efisesiennya kegiatan produksi, tentu akan menekan biaya produksi itu sendiri sehingga pelaku usaha akan meningkmati keuntugan yang lebih besar.

  1. Aspek pemasaran
Manajemen pemasaran mencakup kegiatan untuk mendistribusikan hasil produksi ketangan konsumen.
Dengan melakukan manajemen pemasaran yang baik, sebuah perusahaan akan menentukan kelompok masyarakat yang akan menjadi sasaran pemasaran, melihat ada tidaknya persaingan, dan menentukan strategi pemasaran yang harus dijalankan.
  1. Aspek Keuangan
Manajemen keuangan meliputi kegiatan mengelola keuangan dalam suatu usaha.  Didalamnya sudah termasuk pula cara mendapatkan dan mengalokasikan dana untuk suatu rangkaian usaha atau bisnis.


SUMBER:
Tim Penulis. Agribisnis Perikanan edisi Revisi. Penebar swadaya. Jakarta : 2007

SoraN. 2014. Pengertian Perencanaan. (Planning) Secara Lengkap. http://www.pengertianku.net/2014/07/pengertian-perencanaan-planning.html