Kamis, 13 Juni 2019

TRANSPORTASI IKAN HIDUP



Berbagai cara dilakukan untuk menjaga kualitas ikan hingga sampai ke konsumen. Kualitas ikan yang terjaga dengan baik tentunya akan meningkatkan harga jual. Menjaga ikan ikan tetap hidup sampai ke konsumen tidaklah mudah, diperlukan cara-cara yang efektif sehingga pengangkutan dapat berjalan dengan lancar. Pengangkutan ikan dalam keadaan hidup merupakan salah satu mata rantai  dalam usaha perikanan. Harga jual ikan, selain ditentukan oleh ukuran, juga ditentukan oleh kesegarannya. Oleh karena itu, kegagalan dalam pengangkutan ikan merupakan suatu kerugian. Pada prinsipnya, pengangkutan ikan hidup bertujuan untuk mempertahankan kehidupan ikan selama dalam pengangkutan sampai ke tempat tujuan. Pengangkutan dalam jarak dekat tidak membutuhkan perlakuan yang khusus. Akan tetapi pengangkutan dalam jarak jauh dan dalam waktu lama diperlukan perlakuan-perlakuan khusus untuk mempertahankan kelangsungan hidup ikan.

Pada dasarnya, ada dua metode transportasi ikan hidup, yaitu dengan menggunakan air sebagai media atau sistem basah, dan media tanpa air atau sistem kering.

A.    PENGANGKUTAN SISTEM BASAH

Transportasi sistem basah (menggunakan air sebagai media pengangkutan) terbagi menjadi dua, yaitu :

(1).     Sistem Terbuka

Pengangkutan dengan sistem terbuka

Pada sistem ini ikan diangkut dalam wadah terbuka atau tertutup tetapi secara terus menerus diberikan aerasi untuk mencukupi kebutuhan oksigen selama pengangkutan. Biasanya sistem ini hanya dilakukan dalam waktu pengangkutan yang tidak lama. Berat ikan yang aman diangkut dalam sistem ini tergantung dari efisiensi sistem aerasi, lama pengangkutan, suhu air, ukuran, serta jenis spesies ikan.

(2).     Sistem Tertutup

Pengankutan dengan sistem tertutup

Dengan cara ini ikan diangkut dalam wadah tertutup dengan suplai oksigen secara terbatas yang telah diperhitungkan sesuai kebutuhan selama pengangkutan. Wadah dapat berupa kantong plastik atau kemasan lain yang tertutup.
Faktor-faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan pengangkutan adalah kualitas ikan, oksigen, suhu, pH, CO2, amoniak, kepadatan dan aktivitas ikan (Berka, 1986).

(1).     Kualitas Ikan

Kualitas ikan yang ditransportasikan harus dalam keadaan sehat dan baik. Ikan yang kualitasnya rendah memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi dalam waktu pengangkutan yang lebih lama dibandingkan dengan ikan yang kondisinya sehat.

(2).     Oksigen

Kemampuan ikan untuk menggunakan oksigen tergantung dari tingkat toleransi ikan terhadap perubahan lingkungan, suhu air, pH, konsentrasi CO2 dan hasil metabolisme seperti amoniak. Biasanya dasar yang digunakan untuk mengukur konsumsi O2 oleh ikan selama transportasi adalah berat ikan dan suhu air. Jumlah O2 yang dikonsumsi ikan selalu tergantung pada jumlah oksigen yang tersedia. Jika kandungan O2meningkatikan akan mengkonsumsi O2 pada kondisi stabil dan ketika kadar O2 menurun konsumsi O2 oleh ikan lebih rendah dibandingkan konsumsi pada kondisi kadar O2 yang tinggi.

(3).     Suhu

Suhu merupakan faktor yang penting dalam transportasi ikan. Suhu optimum untuk transportasi ikan adalah 6 – 80C untuk ikan yang hidup di daerah dingin dan suhu 15 – 20 derajat C  untuk ikan di daerah tropis.

(4).     Nilai pH, CO2, dan amonia

Nilai pH air merupakan faktor kontrol yang bersifat teknik akibat kandungan CO2 dan amoniak. CO2 sebagai hasil respirasi ikan akan mengubah pH air menjadi asam selama transportasi. Nilai pH optimum selama transportasi ikan hidup adalah 7 sampai 8. Perubahan pH menyebabkan ikan menjadi stres, untuk menanggulanginya dapat digunakan larutan bufer untuk menstabilkan pH air selama transportasi ikan. Amoniak merupakan anorganik nitrogen yang berasal dari eksresi organisme perairan, permukaan, penguraian senyawa nitrogen oleh bakteri pengurai, serta limbah industri atau rumah tangga.

(5).   Kepadatan dan aktivitas ikan selama transportasi

Perbandingan antara volume ikan dan volume air selama transportasi tidak boleh lebih dari 1 : 3 . Ikan-ikan lebih besar, seperti induk ikan dapat ditrasportasi dengan perbandingan ikan dan air sebesar 1 : 2 sampai 1 : 3 , tetapi untuk ikan-ikan kecil perbandingan ini menurun sampai 1 : 100 atau 1 : 200. Kesegaran ikan juga dipengaruhi oleh kondisi apakah ikan dalam keadaan meronta-ronta dan letih selama transportasi. Ketika ikan berada dalam wadah selama transportasi, ikan-ikan selalu berusaha melakukan aktivitas. Selama aktivitas otot berjalan, suplai darah dan oksigen tidak memenuhi, sehingga perlu disediakan oksigen yang cukup sbagai alternatif pengganti energi yang digunakan.

Beberapa permasalahan dalam pengangkutan sistem basah adalah selalu terbentuk buih  yang disebabkan banyaknya lendir  dan kotoran ikan yang dikeluarkan. Kematian diduga karena pada saat diangkut, walaupun sudah diberok selama satu hari, isi perut masih ada. Sehingga pada saat diangkut masih ada kotoran yang mencemari media air yang digunakan untuk transportasi. Disamping itu, bobot air cukup tinggi, yaitu 1 : 3 atau 1 : 4 bagian ikan dengan air menjadi kendala tersendiri untuk dapat meningkatkan volume ikan yang diangkut.
       
B. Transportasi Sistem Kering (Semi Basah)

Pada transportasi sistem kering, media angkut yang digunkan adalah bukan air, Oleh karena itu ikan harus dikondisikan dalam keadaan aktivitas biologis rendah sehingga konsumsi energi dan oksigen juga rendah. Makin rendah metabolisme ikan, terutama jika mencapai basal, makin rendah pula aktivitas dan konsumsi oksigennya sehingga ketahanan hidup ikan untuk diangkut diluar habitatnya makin besar .

Penggunaan transportasi sistem kering dirasakan merupakan cara yang efektif meskipun resiko mortalitasnya cukup besar. Untuk menurunkan aktivitas biologis ikan (pemingsanan ikan) dapat dilakukan dengan menggunkansuhu rendah, menggunakan bahan metabolik atau anestetik, dan arus listrik.

Pada kemasan tanpa air, suhu diatur sedemikian rupa sehingga kecepatan metabolisme ikan berada dalam taraf metabolisme basal, karena pada taraf tersebut, oksigen yang dikonsumsi ikan sangat sedikit sekedar untuk mempertahankan hidup saja. Secara anatomi, pada saat ikan dalam keadaan tanpa air, tutup insangnya masih mangandung air sehingga melalui lapisan inilah oksigen masih diserap .

PEMINGSANAN IKAN

Kondisi pingsan merupakan kondisi tidak sadar yang dihasilkan dari sistem saraf pusat yang mengakibatkan turunnya kepekaan terhadap rangsangan dari luar dan rendahnya respon gerak dari rangsangan tersebut. Pingsan atau mati rasa pada ikan berarti sistem saraf kurang berfungsi .

Pemingsanan ikan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu melalui penggunaan suhu rendah, pembiusan menggunakan zat-zat kimia dan penyetruman menggunakan arus listrik.

1.     Pemingsanan dengan penggunaan  suhu rendah.

Metode pemingsanan dengan penggunaan suhu rendah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu

a.       penurunan suhu secara langsung, dimana ikan langsung dimasukan dalam air yang bersuhu 100 – 150C. Sehingga ikan akan pingsan. 
b.       Penurunan suhu secara bertahap, dimana suhu air sebagai media ikan diturunkan secara bertahap sampai ikan pingsan.



2. Pemingsanan ikan dengan bahan anestasi (bahan pembius)
Bahan anestasi yang dapat digunakan untuk pembiusan ikan adalah :

No
BAHAN
DOSIS
1
MS-222
0.05 mg / l
2
Novacaine
50 mg / kg berat ikan
3
Barbitas sodium
50 mg / kg berat ikan
4
Ammobarbital sodium
85 mg / kg berat ikan
5
Methyl paraphynol (dormisol)
30 mg / l
6
Tertiary amyl alcohol
30 mg / l
7
Choral hydrate
3-3.5 g lt
8
Urethane
100 mg / l
9
Hydroksi quinaldine
1 mg / l
10
Thiouracil
10 mg / l
11
Quinaldine
0.025 mg / l
12
2-Thenoxy ethanol
30 – 40 ml / 100 lt
13
Sodium ammital
52 – 172 mg / l


Selain bahan-bahan anestasi sintetik diatas pembiusan juga dapat dilakukan dengan menggunakan zat  caulerpin  dancaulerpicin yang berasal dari ekstrak rumput laut Caulerpa sp.
Pembiusan  ikan dikatakan berhasil bila memenuhi tiga kriteria, yaitu :

a.       Induksi bahan pembius dalam tubuh ikan terjadi dalam waktu tiga menit atau kurang, sehingga ikan lebih mudah ditangani.
b.       Kepulihan ikan sampai gerakan renangnya kembali normal membutuhkan waktu kurang dari 10 menit.
c.       Tidak ditemukan adanya kematian ikan selama 15 menit setelah pembongkaran

Proses pembiusan ikan meliputi 3 tahap yaitu :

1.       Berpindahnya bahan pembius dari lingkungan ke dalam muara pernapasan organisme
2.       Difusi membran dalam tubuh yang menyebabkan terjadinya penyerapan bahan pembius ke dalam darah.
3.       Sirkulasi darah dan difusi jaringan menyebarkan subtansi ke seluruh tubuh. Kecepatan distribusi dan penyerapan oleh sel bergantung pada persediaan darah dan kandungan lemak pada setiap jaringan sehingga bahan anestasi juga harus mudah larut dalam air dan lemak.

3. Pemingsanan Ikan dengan Arus Listrik

Arus listrik yang aman digunakan untuk pemingsanan ikan adalah yang mempunyai daya 12 volt, karena pada 12 Volt ikan mengalami keadaan pingsan lebih cepat dan tingkat kesadaran setelah pingsan juga cepat.

PENGEMASAN

Pada pengangkutan kering diperlukan media pengisi sebagai pengganti air. Menurut Wibowo (1993), yang dimaksud dengan bahan pengisi dalam pengangkutan ikan hidup adalah bahan yang dapat ditempatkan diantara ikan hidup dalam kemasan untuk menahan ikan dalam posisinya. Selanjutnya disebutkan bahwa bahan pengisi memiliki fungsi antara lain mampu manahan ikan agar tidak bergeser dalam kemasan, menjaga lingkungan suhu rendah agar ikan tetap hidup serta memberi lingkungan udara dan kelembaban memadai untuk kelangsungan hidupnya.

Media pengisi yang sering digunakan dalam pengemasan adalah serbuk gergaji, serutan kayu, serta kertas koran atau bahan karung goni. Namun penggunaan karung goni sudah tidak digunakan karena hasilnya kurang baik. Jenis serbuk gergaji atau serutan kayu yang digunakan tidak spesifik, tergantung bahan yang tersedia.Dari bahan pengisi yaitu sekam padi, serbuk gergaji, dan rumput laut , menururt Wibowo (1993) ternyata sekam padi dan serbuk gergaji merupakan bahan pengisi terbaik karena memiliki karakteristik, yaitu :

·         Berongga
·         Mempunyai kapasitas dingin yang memadai
·         Tidak beracun, dan
·         Memberikan RH tinggi.

Media serbuk gergaji memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan jenis media lainnya. Keunggulan tersebut terutama pada suhu. Serbuk gergaji mampu mempertahankan suhu rendah lebih lama yaitu 9 jam tanpa bantuan es dan tanpa beban di dalamnya. Sedangkan rumput laut kurang efektif karena menimbulkan lendir dan bau basi selama digunakan

Sumber:
Aan Supriatna. 2014. Cara Pengangkutan Ikan Hidup di https://www.lalaukan.com/2014/05/cara-pengangkutan-ikan-hidup.html



Rabu, 12 Juni 2019

PEMBENIHAN IKAN BAUNG

PENDAHULUAN

Ikan baung (Neptus nemurus)  adalah jenis ikan perairan sungai, sehingga ikan ini banyak ditangkap dan tumbuh dengan baik di perairan sungai. Usaha budidayanya meniru di alam pada kolam yang airnya mengalir. Pada air tergenang atau airnya hanya mengalir pada saat-saat tertentu, maka diperlukan kolam yang luas, dalam dan padat tebarnya lebih sedikit. Pada kolam yang tidak ada pergantian airnya, ikan baung tidak akan tumbuh dengan baik.


Budidaya ikan baung memiliki peluang pasar yang besar, mengingat pasokan dari alam cenderung sedikit dan langka. Sementara “PINDANG BAUNG NAN LEMAK NIAN” masih disajikan di mana-mana dan menjadi makanan favorit.

CIRI-CIRI BIOLOGIS

Hidup di air mengalir/kadar O2 tinggi ppm.

Ukuran < 350 gr disebut indit, > 350 gr/ekor disebut baung

Hasil tangkapan di sungai diketahui ukuran       500 gram/ekor belum bertelur, tetapi dari hasil budidaya ukuran 300 gram/ekor sudah dapat dipijahkan.

Pada saat masih kecil bersifat kanibal, tetapi pada saat pembesaran bisa makan pellet.

Bentuk tubuh memanjang, agak bulat, kepala gepeng, tidak bersisik, serta mulutnya besar.

Tanda induk betina : tubuh lebih pendek, mempunyai dua lubang kelamin yang bentuknya bulat.

Tanda induk jantan : tubuh lebih panjang, mempunyai satu buah lubang kelamin yang bentuknya memanjang.

PEMBENIHAN

Pada saat tertentu (awal musim hujan) dan dengan modifikasi tertentu (air mengalir terus-menerus), ikan baung ada kalanya mau memijah secara alami. Namun demikian untuk meningkatkan akurasi

penjadwalan produksi benih, lebih banyak diterapkan pemijahan semi alami (ikan disuntik dan dibiarkan memijah secara alami).

Pematangan gonad

Pematangan gonad dilakukan di kolam seluas 100-200 m2 dengan kepadatan 0,2 – 0,5 kg/m2. Sebaiknya kolam lebih dalam minimal 1 m dan kolam tidak bocor. Air dialirkan secara rutin. Pakan diberikan 2%dari Biomas /hari dan menjelang musim hujan pakan ditingkatkan menjadi 3%. Apabila aliran air mati, maka sebaiknya pakan tidak diberikan atau hanya diberikan maximal 1%.

Seleksi Induk

Seleksi induk dilakukan dengan menangkap   dan mengumpulkan, serta memilih induk yang sesuai dengan kriteria untuk dipijahkan.

Induk betina ditandai dengan perutnya yang buncit dan kadang apabila dipijit ke arah lubang kelamin keluar telur yang warnanya kuning tua.

Induk jantan ditandai dengan warna tubuh dan alat kelamin agak kemerahan.

Sex ratio induk betina dan induk jantan adalah     1 : 1 dalam jumlah ekor.

Induk terseleksi ditampung pada hapa di kolam agar tidak stress sebelum dipindahkan ke bak/kolam pemijahan.

Penyuntikan

Penyuntikan dilakukan terhadap induk betina dan jantan pada pagi hari sebanyak 0,5 cc ovaprim/kg induk, bila induk betina 400 gr dan jantan 400 gr, maka jumlah ovaprim 0,4 cc ditambah aquabidest 0,6 cc, sehingga volume larutan 1 cc. 0,5 cc disuntikkan ke induk betina dan sisanya untuk induk jantan.

Letak penyuntikan di punggung.

Pemijahan

Wadah pemijahan bisa menggunakan kolam semen atau bak yang diaerasi atau kolam yang airnya bisa dialirkan terus-menerus.

Sebagai penempel telur menggunakan ijuk yang diletakkan pada tiap sudut dengan diberi pemberat.

Induk akan memijah pada malam hari.

Penetasan

Setelah proses pemijahan selesai, telur yang menempel   di ijuk diangkat bersama ijuknya untuk ditetaskan di bak penetasan dan diaerasi. Induk dikembalikan ke kolam pemeliharaan untuk recovery.

Telur baung akan menetas setelah 24 jam (tergantung suhu).

Setelah 24 jam, ijuk dibuat mengambang di permukaan air agar larva di dasar bak, sehingga ketika ijuk diangkat larvanya tidak ada yang ikut terangkat.

Pemeliaharaan Larva

Perlakuan dalam pemeliharaan larva :

Aerasi terus dijalankan.

Penggantian air 2-3 hari sekali sebanyak   75%.

Pemberian pakan setelah 60 jam dari menetas dengan cacing sutera secara adlibitum (sekenyangnya).

Pemeliharaan larva ini berlangsung selama   10-15 hari.

Pendederan
Setelah dipelihara selama 10-15 hari, selanjutnya benih baung siap ditebar di kolam pendederan yang telah dipersiapkan 7 hari sebelumnya.

Adapun perlakuan persiapan kolam :

Perbaikan kebocoran
Pengelolaan tanah dasar, perataan, pembuatan kemalir, dan penutupan saluran buang.
Pengapuran 25 – 50 gr/m2, pemupukan organik   250 gr/m2, urea 15 gr/m2, dilanjutkan pengaliran air dengan memasang saringan di pemasukan.
Kolam diairi setinggi 20 cm, selanjutnya secara bertahap dinaikkan menjadi 40 cm pada hari ke 3, 60 cm pada hari ke 5.
Pada hari ke-7 benih siap ditebar dan aliran masuk dibuka kecil untuk menutupi rembesan dan penguapan yang terjadi.
Padat penebaran 25-50 ekor/m2
Pemberian pakan tambahan berupa pellet halus atau pakan udang halus sebanyak 500 –       750 gr/10.000 benih/hari dengan frekuensi     3 kali.
Pemeliharaan di kolam pendederan berlangsung selama 3-4 minggu.
Benih dipanen berukuran 2-3-5-7 cm, kemudian disortir. Ukuran 2-3 cm dan 3-5 cm dideder lagi secara terpisah, sedang ukuran 5-7 cm dapat dibesarkan di kolam pembesaran.
Pengendalian Masalah

Ikan baung perlu O2 tinggi, sehingga bila stress atau mabuk, maka media harus dalam kondisi bersih dari sisa pakan dan aerasi terus dihidupkan. Apabila darurat mabuk diperlukan penjarangan padat tebar.

Pemberian pakan yang kurang tepat waktu dan volume mengakibatkan kanibalisme.

Beberapa penyakit yang ditemui :

Cacing ditandai dengan menggantung di bawah permukaan air dikendalikan dengan NaCl (garam dapur) 2.500 ppm (2,5 kg/M3) + MG (Malacheet Green) 0,1 ppm.
Bintik putih ditandai dengan adanya bintik putih di permukaan tubuhnya, biasanya menyerang ikan apabila suhu media pemeliharaan dingin, pengendaliannya dengan menggunakan dengan NaCl (garam dapur) 2.500 ppm.
Bakteri Aeromonas ditandai adanya borok yang kadang berdarah, pengendalian dengan oxytetraciclin 10 ppm (perendaman) dan melalui pakan ikan sebanyak 25 mg/kg pakan selama 7-10 hari.
Pengendalian penyakit yang terpenting adalah menjaga jangan sampai ikan tersebut terserang dengan pemantauan kesehatan secara kontinyu sehingga pengobatan dilakukan sedini mungkin.

Sumber : 

http://mediapenyuluhanperikananpati.blogspot.com/2011/01/teknik-pembenihan-ikan-baung-mystus.html

http://komunitaspenyuluhperikanan.blogspot.com/2014/02/teknik-pembenihan-ikan-baung-mystus.html

http://azizpenyuluh.blogspot.com/2017/04/pembenihan-ikan-baung-secara-semi-alami.html

Selasa, 11 Juni 2019

MENGENAL JENIS IKAN ARWANA


KLASIFIKASI DAN TOKSONOMI IKAN ARWANA
Ikan Arwana atau Arowana (familia Osteoglossidae) merupakan ikan air tawar purba yang tersebar di seluruh dunia, mulai dari Afrika, Asia Tenggara, Australia hingga Amerika Selatan. Ada begitu banyak jenis ikan arwana di dunia, namun beberapa jenis yang bisa dipelihara berasal dari Asia, Amerika Selatan, Australia, hingga Afrika. Di wilayah Indonesia sendiri, jenis ikan arwana banyak ditemukan di daerah Papua dan Kalimantan.
Menurut sistematika ilmu taksonomi (identifikasi organism berdasarkan kelasnya) ternyata arwana tidak hanya digolongkan dalam satu genus. Ada empat genus yang dikenal tetapi yang lazim dan banyak diperdagangkan hanya dua genus yaitu Scleropages dan Osteoglossum. Sementara itu arwana asia sering disebut ikan naga, ikan kayangan atau ikan siluk karena berasal dari genus Scleopages. Berikut adalah klasifikasi ikan arwana:
Filum               : Chordata
Subfilum          : Vertebrata
Kelas                : Pisces
Sub Kelas         : Teleostei
Ordo                : Malacopterygii
Famili              : Osteoglossidae (Bonytongues)
Genus              :
1. Arapaima Spesies : Arapaima gigas (giant arwana)
2. Osteoglossum Spesies : Osteoglossum bicirrbosum Spesies : Osteoglossum ferreirai
3. Scleropages Spesies : Scleropages formosus
     
Spesies : Scleropages guntberi
      Spesies : Scleropages Leicbardti
      Spesies : Scleropages Jardini
  4. Clupisudis Spesies : Clupisudis nilot/Heterotis Nilotic (nile arowana)

Secara morfologis (ciri-ciri fisik),badan dan kepala arwana agak padat. Tubuhnya pipih dan punggungnya datar, hampir lurus dari mulut hingga sirip punggung. Garis lateral atau gurat sisi yang terletak di samping kiri dan kanan tubuh arwana panjangnya antara 20-24 cm. bentuk mulutnya mengarah keatas dan mempunyai sepasang sungut pada bibir bawah. Ukuran mulutnya lebar dan rahangnya cukup kokoh.Giginya berjumlah 15-17.Bagian insangnya di lengkapi dengan penutup insang. Letak sirip punggungnya berdekatan dengan pangkal sirip ekor (caudal). Sirip anusnya lebih panjang dari pada sirip punggung (dorsal), hampir mencapai sirip perut (ventral).Panjang arwana arwana dewasa sangat variatif, antara 30-80 cm.
Sisiknya berukuran besar dan permukaanya mengkilap. Bentuk sisiknya berupa cycloid atau melingkar.Warnanya sangat variatif, antara lain perak, hitam, emas, dan merah. Untuk lebih gampangnya, banyak yang memberi nama arwana berdasarkan warna sisiknya, misalnya arwana hijau (green arowana), arwana hitam (black arowana), arwana perak (silver arowana), arwana kuning (golden arwana), dan arwana merah (red arwana). Arwana merah di bagi lagi menjadi tiga jenis, yakni merah biasa (red banjar), merah kuning (golden red) dan sangat merah (super red).


 
Gambar 1.Ciri-ciri fisik arwana.

JENIS ARWANA DAN NEGARA ASALNYA

a. Arwana Asia
Disebut sebagai ikan arwana asia karena terdapat di Asia Tenggara. Ada 4 katagori, yaitu Indonesian Red Arwana, Indonesia Red Tail Golden Arwana, Malaysian Golden Arwana,dan Green Arwana. Sebenarnyan mereka satu jenis, hanya varietas atau varian warna tubuhnya saja berbeda.Ciri khas ikan ini adalah adanya satu pasang sungut (barbel), bersisik besar dan dapat tumbuh sampai 90 cm. Ikan arowana muda memakan serangga, sedangkan yang dewasa memakan ikan. Arwana merupakan jenis pengeram telur di mulut dengan jumlah anak sekitsr 50 ekor. Waktu minimal penggadaan populasi sekitar 4,5 – 14 tahun.

jenis ikan arwana dan harganya

Gambar 2. Ikan Arwana Super Red


b. Arwana Australia
Ukuran maksimal sekitar 1 meter. Pernah dilaporkan mempunyei berat sekitar 12,5 kg, hidup di air menggenang, di anak-anak sungai dan rawa-rawa hutan. Seperti arowana lain, jenis ini juga hidup di prmukaan sungai dekat vegetasi air. Ikan territorial,agresif terhadap ikan lain. Musim kawin saat musim hujan dengan suhu sekitar 30oC. Ikan ini mengerami anaknya di mulut.Jumlah telur sekitar 30-130 ekor.


Gambar 3. Arwana Australia

d. Arwana Brazil Silver
Mempunyai ukuran maksimal 1,2 meter, berwarna keperakkan (silver) dan sirip-sirip cerah kemerahan. Distribusi dan habitat dialam terdapat di Sungai Amazone, Rupununi dan Oyapock di Amerika Selatan.Hidup di air menggenang, di anak-anak sungai. Hidup dipermukaan sungai dekat vegetasi air, ikan territorial,agresif terhadap ikan lain. Ikan ini adalah kelompok predator yang menyerap ikan, udang,reptile,mamalia air,dan serangga dengan melompat keluar air.


Gambar 4. Arwana Silver Brazil

e. Arwana Brazil Black
Dapat tumbuh sampai 1 meter, berwarna keperakkan (Silver) dengan sirip kehitaman.Saat kecil mempunyai gelembung hitam seperti kutil yang di bawah tutup insangnya.Hidup di Sungai Negro di Amerika Selatan.Hidup di air menggenang, sering ada dipermukaan sungai dekat vegetasi air. Ikan territorial, agresif terhadap ikan lain. Ikan predator yang memakan ikan, udang serta serangga yang ditangkap dengan cara melompat keluar dari air.
ARWANA BLACK (Osteoglossum Ferreirai)
Gambar 5. Arwana Balck Brazil

f. Arwana Aureus
Terdapat di Indonesia dan layak disebut sebagai ikan arwana Indonesia.Ikan ini baru ditemukan pada 2003 oleh beberapa ahli ikan dari luar dan dalam negeri. Anak ikan yang ada didalam mulut induknya bisa mencapai 100 ekor.

Sumber :

Fahrurazi, S.ST. M.Pi. 2014. Mengenal Ikan Arwana di http://komunitaspenyuluhperikanan.blogspot.com/2014/11/mengenal-ikan-arwana.html
https://www.olx.co.id/iklan/arwana-silver-brazil-IDyam5h.html
https://www.jitunews.com/read/20774/arwana-australia-ini-mirip-bandeng-mau-coba-pelihara
https://www.tokopedia.com/blog/jenis-ikan-arwana-tercantik-terpopuler/